Barisan.co
  • Beranda
  • Opini
  • Analisis
    • Esai
    • Analisis Awalil
    • Perspektif
  • Kolom
  • Khazanah
  • Lifestyle
  • Sosok
  • Sastra
  • Barisan Tv Network
    • Barisan Tv
    • Awalil Rizky
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Opini

Perlukah Kita Memindah Makam Pangeran Diponegoro?

:: Ananta Damarjati
25 September 2023
dalam Opini
Makam Diponegoro

Ilustrasi: Dok. Istimewa.

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

Pengambilan keputusan terkait pemindahan makam seorang pahlawan harus melibatkan kajian yang mendalam.

SULIT sekali membayangkan Indonesia tanpa makam Pangeran Diponegoro. Pada kenyataannya, adalah benar bahwa darah dan keringat Sang Pangeran telah melandasi berdirinya Indonesia.

Soal di mana seharusnya makam Sang Pangeran terletak, menurut usulan Prabowo Subianto, sebaiknya dipindah dari Makassar ke Yogyakarta. Prabowo beranggapan, pemindahan makam ke kampung halaman Diponegoro itu adalah cara menghormati perjuangan Sang Pangeran.

Tidak terlalu jelas dari mana Prabowo mendapat gagasan memindahkan makam Diponegoro. Ia mungkin alpa membaca bahwa banyak pahlawan kita dimakamkan jauh dari kampung halamannya masing-masing.

Cut Nyak Dien berjuang di Aceh, tertangkap pemerintah kolonial, dan dua tahun setelahnya meninggal di pengasingan di Sumedang. Ada juga pahlawan seperti Imam Bonjol, orang Minang yang dimakamkan di tempat pengasingan di Minahasa.

BACAJUGA

Gali Inspirasi Perjuangan, Pasangan AMIN Ziarah ke Makam Pangeran Diponegoro

Gali Inspirasi Perjuangan, Pasangan AMIN Ziarah ke Makam Pangeran Diponegoro

24 September 2023
Anies dan Teladan Pangeran Diponegoro

Anies dan Teladan Pangeran Diponegoro

15 Desember 2021

Selebihnya, kita dapat membaca kecenderungan pemerintah kolonial membuang para ‘pemberontak’ sejauh mungkin dari masyarakat dan tanah perjuangannya.

Di Eropa, tradisi pengasingan (exile and banishment) memang sudah ada sejak zaman Yunani. Pada abad-abad kolonialisme praktik itu gencar dijalankan. Dari sudut pandang otoritas, pada umumnya pengasingan bertujuan untuk meredam perlawanan dengan cara memisah pemimpin secara fisik dari basis massanya.

Pemerintah Hindia-Belanda juga melakukan itu. Namun tampaknya, pada kasus negara kita, mereka tidak memperhitungkan bahwa pengasingan tokoh perlawanan menjadi awal imajinasi tentang Indonesia.

Benar bahwa para pahlawan kita menjadi jauh dari tanah perjuangannya. Tapi, justru para pahlawan dapat diterima kehadirannya oleh masyarakat di tempat pengasingan. Bahkan ajaran mereka juga diterima dengan baik.

Di pengasingannya di Sukabumi, Cut Nyak Dien tidak lagi memegang rencong. Ia mengajarkan al-Quran dan bahasa Arab kepada penduduk. Orang-orang lebih memahaminya sebagai pendakwah daripada panglima perang. Dan di sana, Cut Nyak Dien dipanggil sebagai Ibu Prabu atau Ibu Suci.

Diponegoro, meskipun statusnya adalah orang buangan, pun diterima oleh masyarakat. Para pengikutnya dibebaskan bergaul dengan penduduk lokal Makassar di sekitar lokasi pengasingan. Setelah ia wafat, istri, anak, dan keluarganya melanjutkan hidup di sana dan melakukan pernikahan dengan penduduk lokal sampai turun-temurun.

Di Manado, pengawal-pengawal Imam Bonjol menikah dengan gadis Minahasa dan memeluk Islam dan mempunyai keturunan hingga sekarang.

Interaksi-interaksi semacam ini terus berulang bahkan sampai ke generasi pejuang berikutnya, seperti Soekarno dan Mohammad Hatta, yang juga merasakan pahitnya dibuang di tempat nun jauh di sana.

Tetapi, tempat-tempat pengasingan itulah yang justru membentuk identitas keindonesiaan kita. Makam-makam para pahlawan telah menyalakan api semangat persatuan dengan cara yang unik.

Hari ini di Makassar, banyak keturunan Diponegoro yang tidak membawa identitas tunggal. Ini menarik. Urat wajah mereka Jawa, nama mereka Jawa, logat mereka Bugis-Makassar, dan mereka tidak bisa berbahasa Jawa. Untuk berinteraksi dengan orang Jawa, mereka menggunakan Bahasa Indonesia.

Makam Diponegoro juga dilihat bukan hanya terbatas tempat seorang Pangeran Jawa bersemayam. Keberadaannya telah membawa iman hidup dan inspirasi bagi siapapun yang datang berziarah.

Pada ujung cerita, gagasan memindahkan makam Diponegoro sepertinya terdengar konyol. Tetapi jika ada pihak yang berkeras, maka konsultasi dengan ahli sejarah, ahli budaya, dan pihak-pihak terkait, serta mempertimbangkan pendapat publik adalah mutlak diperlukan. [dmr]

Topik: Makam DiponegoroMakam PahlawanPangeran Diponegoro
Bagikan2Tweet1Send
Ananta Damarjati

Ananta Damarjati

Warga negara Indonesia, tinggal di Jakarta

POS LAINNYA

Butet Dilarang Bicara Politik di TIM, Jangan Sampai Anies yang Disalahkan
Opini

Butet Dilarang Bicara Politik di TIM, Jangan Sampai Anies yang Disalahkan

7 Desember 2023
Kereta Penglaju, Anies Baswedan dan Ignasius Jonan
Opini

Kereta Penglaju, Anies Baswedan dan Ignasius Jonan

6 Desember 2023
Makan Malam Imajinatif Anies Baswedan
Opini

Makan Malam Imajinatif Anies Baswedan

5 Desember 2023
Apakabar Kang Emil, Erick Thohir dan Sandi Uno?
Opini

Apakabar Kang Emil, Erick Thohir dan Sandi Uno?

3 Desember 2023
Pemimpin Karbitan dan Kaderisasi Pemimpin
Opini

Pemimpin Karbitan dan Kaderisasi Pemimpin

1 Desember 2023
gibran panorama revolusioner
Opini

Gibran: Panorama Revolusioner

27 November 2023
Lainnya
Selanjutnya
banner politik

Banner Calon Tanpa Politik

Jadi Destinasi Favorit, Berikut 8 Manfaat Liburan ke Pantai

Jadi Destinasi Favorit, Berikut 8 Manfaat Liburan ke Pantai

TRANSLATE

TERBARU

Memperkuat Masyarakat Sipil
Berita

Memperkuat Masyarakat Sipil, Ketua PIEC: Upaya Memelihara Demokrasi

:: Redaksi Barisan.co
7 Desember 2023

Memperkuat Masyarakat Sipil

Selengkapnya
QolaQ Foundation

Era Baru Proteksi Kesehatan dan Jiwa, QolaQ Foundation Hadirkan Platform Mutual Aid Inklusif Berbasis Web3 Pertama di Indonesia

7 Desember 2023
Pengamanan Zat Adiktif

Organisasi Kesehatan Dukung Pengamanan Zat Adiktif dalam RPP Kesehatan, Berharap Presiden Jokowi dan Menkes Bersikap Tegas

7 Desember 2023
Butet Dilarang Bicara Politik di TIM, Jangan Sampai Anies yang Disalahkan

Butet Dilarang Bicara Politik di TIM, Jangan Sampai Anies yang Disalahkan

7 Desember 2023
Serangan Udara

Serangan Udara

7 Desember 2023
alissa wahid pemilu 2024

Alissa Wahid Soroti Pemilu 2024, Demokrasi di Indonesia Saat ini Masih Bersifat Prosedural

7 Desember 2023
Respons Mahasiswa Ilmu Pemerintahan atas Kampanye Anies di Kalimantan Selatan

Respons Mahasiswa Ilmu Pemerintahan atas Kampanye Anies di Kalimantan Selatan

6 Desember 2023
Lainnya

SOROTAN

Butet Dilarang Bicara Politik di TIM, Jangan Sampai Anies yang Disalahkan
Opini

Butet Dilarang Bicara Politik di TIM, Jangan Sampai Anies yang Disalahkan

:: Yayat R Cipasang
7 Desember 2023

Butet baru sekira tiga bulan jadi "oposisi" sudah mengeluh dan berkeluh-kesah. PENGAKUAN budayawan Butet Kartaredjasa soal dirinya dilarang bicara politik...

Selengkapnya
Kereta Penglaju, Anies Baswedan dan Ignasius Jonan

Kereta Penglaju, Anies Baswedan dan Ignasius Jonan

6 Desember 2023
Makan Malam Imajinatif Anies Baswedan

Makan Malam Imajinatif Anies Baswedan

5 Desember 2023
Apakabar Kang Emil, Erick Thohir dan Sandi Uno?

Apakabar Kang Emil, Erick Thohir dan Sandi Uno?

3 Desember 2023
Pemimpin Karbitan dan Kaderisasi Pemimpin

Pemimpin Karbitan dan Kaderisasi Pemimpin

1 Desember 2023
Horeee…PDIP Jadi Oposisi

Food Estate, Proyek Gagal yang Bakal Dilanjutkan Prabowo

29 November 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Beranda
  • Opini
  • Analisis
    • Esai
    • Analisis Awalil
    • Perspektif
  • Kolom
  • Khazanah
  • Lifestyle
  • Sosok
  • Sastra
  • Barisan Tv Network
    • Barisan Tv
    • Awalil Rizky

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang