Kendati, kini Inzaghi berada di situasi yang berbeda. Dulu, ia datang sebagai kuda hitam di Lazio, dan sekarang ia harus mempertahankan tahta juara. Namun, allenatore satu ini memiliki kans besar untuk menjawab tantangan barunya ini. Hingga giornato keempat belas, Inter masih berada di peringkat tiga klasemen Serie-A. Selisih hanya 1 poin dari pemuncak klasemen.
Tentunya, itu bukanlah awal yang buruk bagi Inzaghi. Malahan, bila setidaknya Inter terus mampu tampil konsisten, bukan tidak mungkin mereka bakal memenangi Serie-A. Bahkan, ditinggalkan oleh beberapa pemain kuncinya, seperti Hakimi dan Romelu Lukaku, lini serang Inter masih tampil gacor dengan torehan 34 gol. Dan, angka itu mencatatkannya sebagai klub yang paling produktif mencetak gol sementara ini di Serie-A.
Taktik Inzaghi
Boleh jadi, sosok Inzaghi adalah pilihan yang tepat menggantikan Conte, melihat dari kesukaan keduanya mengenakan formasi dengan format dasar tiga bek. Walaupun, dalam permainan arus bolanya tidak persis sama, tapi keduanya memang sama-sama menitikberatkan keseimbangan area tengah. Karenanya, skema tersebut pas untuk transisi menyerang dan bertahan.
Merujuk pada musim 2019/2020, Inter dan Lazio menjadi klub yang sama-sama rapat pertahanannya. Gawang Inter sudah bobol 36 gol, sementara Lazio kemasukan lebih sedikit, 32 gol. Soal produktivitas lini serang pun capaian keduanya tak jauh beda.
Bedanya, Inzaghi lebih suka memfungsikan area sentralnya sebagai kreator serangan. Di Lazio misalnya, ia memasang Luis Alberto sebagai mezzala yang bergerak leluasa di lini tengah, sekaligus ikut masuk menusuk ke area pertahanan lawan, baik dari sisi samping maupun tengah.
Itulah sebabnya, Inzaghi berusaha mendaratkan pemain tengah seperti Hakan Calhanoglu, supaya ia memiliki gelandang kreatif di Inter. Pemain asal Turki itu, di musim lalu, menjadi pemain dengan rata-rata key pass tertinggi di Serie-A.
Adapun dengan peran gelandang box-to-box dan pelindung back four, Inzaghi mempunyai Nicolo Barella dan Marcelo Brozovic. Untuk sektor wing-back mungkin Inzaghi tak begitu merasa kehilangan Hakimi, lantaran ia tak begitu agresif memfungsikan wing-back seperti Conte.
Malahan, di beberapa pertandingan terakhir, Inzaghi justru menyukai wing-backnya lebih bergerak ke tengah, ketimbang melakukan overlap. Di sana, ia lebih memainkan peran wing-back sebagai inverted full-back.
Dan, soal kekuatan serangan, Conte yang menjadikan counter attack menjadi senjata mematikannya di Inter. Berbeda dengan Inzaghi saat di Lazio yang tak begitu memainkan counter attack. Namun, Inzaghi juga cakap bermain direct, karenanya direct-attack Lazio bersamanya tertinggi kedua di Serie-A musim lalu. [rif]