“Pasalnya, pada kuartal III dan IV 2022 ekonomi diprediksi makin sulit. Presiden Jokowi menegaskan hal tersebut dengan mengutip pernyataan Sekjen PBB dan IMF bahwa 66 negara ekonominya akan ambruk,” katanya.
Ia menegaskan, beberapa negara maju dilaporkan mengalami resesi, serta China sebagai mitra dagang terbesar mengalami pelambatan ekonomi.
“Target pertumbuhan ekonomi 2022 sebesar 5,2% masih mungkin tercapai jika pada sisa 2022 mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi stabil di atas 5%. Mengingat pada kuartal I mampu tumbuh 5,01% dan kuartal II 5,44%,” tegasnya.
Namun, ia kembali mengingatkan bahwa tren penurunan harga energi dan komoditas global perlu diantisipasi. Harga minyak dunia sudah berada di bawah USD100 dolar AS per barel. Lalu, harga CPO juga mengalami penurunan.
“Beberapa kuartal belakangan ini Indonesia mendapatkan windfall atau “durian runtuh” dari kenaikan harga energi dan komoditas. Jika harga tersebut mengalami penurunan, maka perlu solusi dari sektor lainnya sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi,” katanya.
Ketua Poksi Fraksi Partai Gerindra di Badan Legislasi DPR-RI itu lalu membandingkan dengan beberapa negara di kawasan ASEAN dan dalam kelompok G20 yang mampu tumbuh lebih tinggi dari Indonesia.
“Kita juga tidak boleh tutup mata bahwa ada beberapa negara yang ekonominya mampu tumbuh lebih tinggi. Jadi, tidak semua menurun. Ini juga perlu disampaikan secara proporsional. Jangan negara-negara yang ekonominya menurun saja yang selalu diekspos sebagai perbandingan,” katanya.
Ia membeberkan, dalam kawasan ASEAN, Vietnam mampu tumbuh 7,72%. Negara lainnya yang diprediksi masih bisa tumbuh tinggi yakni Filipina, dimana pada kuartal I-2022 mampu tumbuh 8,3%,” lanjutnya.
“Sementara dalam kelompok G20, Saudi Arabia mampu tumbuh fantastis sebesar 11,8%. Dan ada beberapa negara belum merilis pertumbuhan GDP di kuartal II-2022 yang diprediksi juga mengalami pertumbuhan yang baik,” tambahnya.
Politisi dari Dapil Jawa Barat IV (Kota dan Kabupaten Sukabumi) itu menyimpulkan, dengan mengkaji catatan tersebut, sejatinya ekonomi Indonesia pada kuartal II-2022 bisa tumbuh lebih tinggi. Indonesia bisa lebih baik dari Vietnam, karena didukung momentum puasa Ramadhan, Idul Fitri dan mudik.
“Idealnya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II bisa menyamai capaian tahun lalu yakni 7,07%. Hal tersebut agar lebih meringankan beban target pertumbuhan ekonomi pada sisa 2022,” katanya.
Namun demikian, lanjut Hergun, yang sudah terjadi patut kita syukuri. Saatnya menatap sisa 2022. Perlu dipikirkan bersama bagaimana strategi mendorong pertumbuhan ekonomi tetap di atas 5% di tengah tantangan inflasi, resesi, dan stagflasi.
“Dengan kebersamaan dan soliditas serta kolaborasi berbagai pihak, mudah-mudahan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada 2022 bisa tercapai, sehingga target pengurangan angka pengangguran dan kemiskinan serta target kesejahteraan lainnya bisa direalisasikan,” pungkasnya. [rif]