“Sepak bola dalam era modern telah menjelma tak hanya menjadi sebuah hiburan atau olahraga semata namun juga menjadi sebuah industri,” sebut Francesco Santelli (2017) dalam “The Relationship between Financial Ratios and Sporting Performance in Italy’s Serie A”.
BARISAN.CO – Survei World Atlas pada 2020 menunjukkan sepak bola sebagai cabang olahraga paling favorit di dunia. Tercatat ada sebanyak 4 miliar orang yang menggemari olahraga ini. Dengan cabang olahraga terfavorit kedua, kriket jumlah penggemarnya terpaut jauh hingga 1,5 miliar orang.
Pamor sepak bola yang setiap waktunya nyaris tak pernah surut menjadikannya tak hanya sekadar permainan olahraga. Melainkan, telah bermetamorfosis sebagai industri olahraga yang banyak dilirik para investor. Raja minyak asal Arab Saudi pun juga ikut kepincut memutarkan uangnya di sana.
Melalui Public Investment Fund (PIF), Putra Mahkota Arab Saudi, Muhammed bin Salman selaku pemimpin perusahaan investasi tersebut mengucurkan dana hingga 300 juta pounds untuk mengakuisisi 80 persen saham Newcastle United seharga 300 juta pounds pada Oktober 2021, dari AFP.
Masih banyak lagi para konglomerat yang terdaftar sebagai pemilik klub sepak bola. Misalnya saja pada proses penjualan Manchester United milik oleh Keluarga Glazer seperti menjadi ajang adu kaya antara dua miliarder, Sheikh Jassim dan Sir Jim Ratcliffe. Mengutip Forbes, keduanya masing-masing menyimpan kekayaan sebesar 1,2 miliar dolar AS dan 20,9 miliar dolar AS.
Daya Tarik Klub Sepak Bola
Banyak yang mengira klub sepak bola adalah tempat istimewa untuk berinvestasi. Padahal, menurut Hagen dan Cunha (2019) dalam “The History of Investing in Football and Factors Affecting Stock Price of Listed Football Clubs”, klub sepak bola juga memiliki risiko yang tinggi untuk berinvestasi. Tak ada jaminan imbalan investasi yang tinggi, bahkan tidak menutup kemungkinan investasi tersebut bakal ludes begitu saja.
Namun demikian, harga jual suatu klub sepak bola juga mampu mendatangkan pundi-pundi uang yang banyak. Melansir Tranfermarkt, per 23 Juli 2023, nilai pasar klub sepak bola Inggris termahal, Arsenal mampu mencapai hingga 1,21 miliar euro. Menyusul setelahnya di urutan kedua, Manchester City senilai 1,18 miliar euro.
Selain itu, mempunyai basis pendukung yang fanatik dan besar, klub sepak bola dapat menghasilkan pendapatan tidak dari satu sumber saja. Misalnya saja seperti hak siar, hadiah juara, merchandise, sponsor, transfer pemain, tiket stadion, dan lain-lain.
Berdasarkan laporan Deloitte Football Money, hak siar menyumbang porsi pendapatan terbesar hingga menyentuh 50 persen dari total pendapatan klub sepak bola. Karenanya, sebuah klub dapat tetap meraup untung besar sekalipun ia tak menjadi jawara.
Listing di Bursa, Apa Manfaatnya?
Klub sepak bola dengan potensi bisnisnya berpeluang mampu menyedot dana segar dari para investor ketika listing di bursa. Sejumlah klub di Eropa pun melakukan hal demikian, tercatat 8 klub sepak bola sudah listing di bursa, seperti Arsenal, AS Roma, Borussia Dortmund, Celtic, Juventus, Lazio, Manchester United, dan Rangers, dari dari Advfn (23/07/2023).
Secara teori, ketika suatu klub sudah listing di bursa maka akan dinilai mempunyai kemampuan mengelola keuangan secara kredibel. Sekaligus juga memperbesar peluang untuk menjaring para investor masuk. Dengan begitu, dana segar yang datang dapat menjadi modal bagi klub untuk merenovasi stadion, merekrut pemain mahal, atau juga menaikkan gaji pemain-pemainnya.
Namun hal sebaliknya justru terjadi pada sejumlah klub sepak bola Italia yang listing di bursa. Melansir First Online, Axel Rudolph, Analis Pasar asal Italia justru menunjukkan banyak klub sepak bola Negeri Pizza yang mendapatkan pendanaan dari bursa hanya untuk mengurangi utang, bukan malah mendongkrak keuntungan klub mereka.
Lagi-lagi, pengelolaan bisnis adalah kuncinya. Listing di bursa bukanlah jaminan bagi klub untuk memperoleh keuntungan yang besar. [Yat]