ADA yang menyatakan jejak digital itu memang kejam. Siapapun bisa merasakan dampaknya — terutama pejabat publik — terlepas itu soal sepele atau remeh-temeh hingga masalah serius termasuk perbuatan asusila dan perselingkuhan.
Setidaknya dua isu kini tengah membuat bakal calon presiden yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Ganjar Pranowo, terutama tim suksesnya gundah gulana dan harus bisa meminimalisir dampaknya. Isu Ganjar suka nonton film porno dan yang terbaru Ganjar minum pakai tangan kiri.
Isu suka nonton film porno susah dikendalikan. Walaupun rekaman asli YouTube dalam kanal Deddy Corbuzier di-take down sekalipun tak ada manfaatnya karena video tersebut sudah milik publik dan sudah melayang-layang di langit (cloud) bukan di server lagi.
Mungkin ini pengakuan paling jujur yang paling disesali Ganjar. Tidak menyangka pengakuan tentang kebiasaan menonton film porno — hak orang dewasa dan sudah menikah pula alasannya — bakal berdampak dan direproduksi netizen sedemikian rupa dengan narasi yang beragam.
Padahal sebagai politikus Ganjar diberi ruang untuk berbohong. Ada adagium, politikus itu boleh berbohong tapi jangan berbuat salah. Kecuali ilmuwan itu boleh salah atau keliru tapi tidak boleh berbohong.
Tapi nasi sudah menjadi bubur dan netizen menambahinya sesuai selera dengan beragam narasi sehingga menjadi lebih sensasional dan provokatif.
Isu suka nonton film porno akan terus membersamai Ganjar sampai Pemilu 2024 digelar atau mungkin seumur hidup. Entahlah.
Profesor Bela Ganjar
Namun isu yang menarik paling anyar adalah ketika video Ganjar tengah menyesap kopi menggunakan tangan kiri. Netizen usil sudah pasti. Apalagi Ganjar tokoh publik, pejabat publik, selebritas politik dan juga capres. Usil kepada tokoh hal biasa.
Keusilan publik itu menyoroti Ganjar yang tengah menyesap secangkir kopi dan viral.
Sampai di sini Ganjar mungkin tak masalah dikritik warganya karena minum pakai tangan kiri. Ganjar juga mungkin tahu sejak zaman taman kanak-kanak gurunya sudah mengingatkan agar anak-anak menulis atau makan atau kegiatan apapun pakai tangan kanan.
Ganjar pun mungkin saja tidak tersinggung. Malah mungkin bersyukur diingatkan oleh para netizen dan mungkin di antaranya ada pendukungnya. Mungkin saja ada pendukung Ganjar yang juga sangat faham dan mengimani hadist yang mengingatkan agar umat muslim saat makan dan minum menggunakan tangan kanan sebagai pembeda dengan setan.
Tapi yang mengejutkan justru cuitan Staf Khusus Menkominfo “Tiga Zaman” Prof. Dr. Henri Subiakto yang juga Guru Besar Universitas Airlangga Surabaya.
Profesor yang pernah menjadi Staf Khusus Menteri M. Nuh, Tifatul Sembiring dan Johnny Plate ini, tidak mempermasalahkan subtansi kritik tetapi justru soal foto yang diposting netizen yang diusiknya.
Merasa sebagai guru besar, ahli komunikasi mungkin juga pakar media sosial, tiba-tiba dalam cuitan di akun resminya menuduh netizen telah menyebarkan hoaks. Vonis hoaks adalah hukuman paling tinggi dan selalu menjebloskan orang ke hotel prodeo.
Tentu, netizen kaget dan terenyak. Vonis hoaks adalah hukuman sekaligus tuduhan yang sangat traumatis bagi pemain medsos. Dan, bukan netizen bila keahliannya tidak dimaksimalkan. Mereka bergotong-royong mencari bukti sahih.
Hasilnya sangat mengejutkan. Netizen membuktikan: Ganjar minum menggunakan tangan kiri. Netizen membuktikan dari serangkaian foto, kebiasaan menggunakan jam tangan hingga soal lubang kancing baju.
Seperti kebiasaan sebelumnya, Profesor Henri tidak membenarkan, mengoreksi atau menanggapinya. Statusnya masih bertengger, “Hati2 menghadapi rekayasa informasi di medsos. Siapapun bisa jadi sasaran. Ini sekedar contoh. Minum pakai tangan kanan bisa dibalik jadi nampak dg tangan kiri, atau sebaliknya, kiri jadi kanan. Teknologi bisa membolak balik gambar, dengan mirorring hingga manipulasi informasi.”
Status ini kemudian dirujak dan menjadi bulan-bulanan netizen. Profesor Henri pun dituding hanya sekelas kompresor.
Jadi, siapapun bisa memproduksi hoaks termasuk yang menuduh sebar hoaks. Dunia yang jungkir balik!