Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Rahasia Puisi Doa Permohonan Abu Madyan al-Ghauts: Istighfar yang Merangkul Semesta

×

Rahasia Puisi Doa Permohonan Abu Madyan al-Ghauts: Istighfar yang Merangkul Semesta

Sebarkan artikel ini
Puisi Doa PermohonanAbu Madyan al-Ghawts
Ilustrasi

Aku memohon ampun kepada Allah setiap kali para haji melangkah,
Menuju tempat-tempat suci yang mulia, baik di tanah halal maupun haram.

Aku memohon ampun kepada Allah setiap fajar merekah,
Dan setiap kali burung-burung bernyanyi merdu di dahan pepohonan.

Aku memohon ampun kepada Allah sebanyak huruf yang terucap,
Sebanyak ayat yang dibaca dalam zikir, dan hikmah yang tertulis dalam kitab.

Aku memohon ampun kepada Allah sebanyak makhluk-makhluk kecil melata,
Sebanyak yang berada di cakrawala dan bumi penuh pengetahuan.

Aku memohon ampun kepada Allah sebanyak tumbuhan tumbuh di darat,
Sebanyak nikmat di lautan dan keberkahan di bumi.

Aku memohon ampun kepada Allah sebanyak hembusan angin,
Dan semua yang dibawanya, dari rezeki dan hembusan kehidupan.

Aku memohon ampun kepada Allah sebanyak butiran pasir di bumi,
Sebanyak hujan yang mengguyur dunia dalam derasnya berkah.

Aku memohon ampun kepada Allah sebanyak ciptaan yang ada,
Dari manusia, jin, bangsa Arab, dan non-Arab, dari ilmu dan hikmah.

Aku memohon ampun kepada Allah, Maha Suci Allah, Pencipta kita,
Yang menghidupkan kembali tulang-belulang yang telah rapuh.

Aku memohon ampun kepada Allah, Maha Suci Allah, Pemberi rezeki kita,
Yang Maha Pemberi nikmat, Maha Pemurah, dan disifati dengan kemurahan.

Aku memohon ampun kepada Allah, Maha Suci Allah, Yang membangkitkan kita,
Pada hari penuh sesak oleh para malaikat dan umat manusia.

Aku memohon ampun kepada Allah, sebanyak lipatan doaku,
Sebanyak yang telah kusebut dari jenis, golongan, dan sumpahku.

Kemudian, salam sejahtera atas Sang Terpilih dari suku Mudhar,
Manusia terbaik dari semua yang menangis dan tersenyum.

Bait demi bait dalam puisi itu bukan sekadar keluh lirih seorang hamba, melainkan pancaran jiwa yang merunduk di hadapan kebesaran Ilahi.

Syair ini tak hanya memuat permintaan ampun, tapi juga membungkus pengakuan, refleksi, dan penghambaan dalam bahasa sastra yang sangat kuat. Abu Madyan menyampaikan doanya dengan kepasrahan total.

Seolah ia ingin berkata bahwa segala gerak hidup, dari hal yang tampak hingga tersembunyi, dari masa kecil hingga usia senja, tak luput dari pengawasan dan keadilan Tuhan.

Puisi Doa Permohonan: Tanggapan Jiwa yang Penuh Penyesalan

Syair ini dibuka dengan pujian kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai al-Mukhtar min Mudhar yang terpilih dari suku terbaik, dan khayr al-bariyyah, manusia terbaik dari segala makhluk, baik dari yang menangis maupun yang tersenyum.

Ini menjadi bingkai spiritual yang kuat pengakuan bahwa segala puji dan syafaat tetap bermuara pada Rasulullah SAW, sang perantara cinta Ilahi.