SAJAK MEMECAH BULAN
Memo: Soekamto Gullit
Di batas mana angan pantai utaramu
Di pinggir cintamu saat kau mempalung
Merdeka hasrat puisimu tanpa layar perahu
Gelombang apa tak kau terjang haru
Hingga pecah segala rindumu pada ibu
Ini bukan genderang mukul sang kala
Bukan suara pedih di kala malam gulita
Tapi hasrat teriakku ke pusat paling khianat
Dunia tanpa jiwa aku sebratkan di ini jagad
Hoi bulan molek aku keping-keping pecah
Lalu tak pungkiri aku sejauh-jauh berlari
Kuda nggiwar ke sabana tebing hingga santigi
Dan aku akan terus baca puisi paling pedih
Sebab ini perih garam lautmu di luka hati
Tak kunjung selesai ini hidup tak bernubari.
Semarang 31 Maret 2023
SEBELUM BULAN PECAH
Aku kan pergi tanpa meninggalkan kata
Sebab bekalku cuma seonggok kata
Dari ufuk ke ufuk tak tertandai jejak
Aku rangkai kata di batas cakrawala
Menyisir ke laut rindu dan gelombang
Di sini waktu bicara tentang nelayan dan ombak.
Sampai nanti biarlah ikan-ikan bicara
Tentang perjalanan pagi hingga senja
Malam adalah janji bahwa kita pernah bertemu
Manisku, cintaku jarak tak bertepi
Bukankah sebenarnya kita satu derai ombak
Buih kan menepi jua ke pasir penantian.
Entah sampai di batas waktu purna
Kita berlayar kembali mengarungi frasa
Menempuh perjalanan sebelum berlabuh
Sebelum bulan pecah di permukaan sajak
Baiklah, inilah puisiku untukmu kekasihku
Untuk pelabuhan cinta di pantai penghabisan.
Semarang 8 April 2023