Bisa dikatakan, penduduk miskin menghadapi kenaikan harga-harga yang lebih tinggi dibanding keseluruhan masyarakat. Hal itu antara lain disebabkan oleh porsi komoditas makanan yang besar. Padahal IHK kelompok makanan memang cenderung lebih tinggi dari IHK umum.
Penduduk miskin sehari-harinya hidup dalam suatu keluarga atau rumah tangga miskin (RTM). BPS menginformasikan, rata-rata RTM memiliki 4,83 anggota pada September 2020. Atas dasar itu, BPS menyebut GK RTM secara nasional adalah sebesar Rp2.216.714 per rumah tangga per bulan.
GK RTM ini tampak lebih “realistis” bagi publik untuk membayangkan ukuran kemiskinan. Misalnya penggambaran tentang berapa pengeluaran atau konsumsinya. Efektivitas dan efisiensi tiap rupiah pengeluaran cukup berbeda, jika diasumsikan dilakukan perorangan atau unit rumah tangga.
Garis kemiskinan secara nasional sebenarnya merupakan ukuran rata-rata dan dipakai untuk analisa saja. Penentuan seseorang miskin atau tidak oleh BPS sebenarnya memakai GK propinsi. GK Propinsi yang dipakai pun mengikuti domisili penduduk yang bersangkutan, di perkotaan atau perdesaan.
Sebagai contoh provinsi DKI Jakarta dan Jawa Tengah. GK DKI Jakarta hanya satu, dianggap semua penduduk di wilayah perkotaan, tidak ada GK perdesaannya. Yaitu sebesar Rp683.339 per kapita per bulan pada September 2020. Jauh lebih tinggi dari GK nasional sebesar Rp458.947, atau GK perkotaan nasional yang sebesar Rp475.477.
Sementara itu, GK Jawa Tengah terdiri dari GK provinsi sebesar Rp398.477, GK perkotaannya sebesar Rp404.451 dan GK perdesaannya sebesar Rp392.216. Ketiganya lebih rendah dari GK nasional.
Dari kedua contoh tersebut, bisa mengerti bahwa domisili penduduk amat penting bagi penentuan status miskin atau tidaknya. Dan akan lebih baik jika dibayangkan sebagai unit rumah tangga miskin.
Garis kemiskinan dengan pendekatan serupa BPS yang banyak dipakai dalam perbandingan antarnegara adalah ukuran dari Bank Dunia. Dahulu yang paling popular adalah ukuran kemiskinan absolut berupa pengeluaran sebesar US$1,90 per kapita per hari. Bahkan, dalam diskusi publik di Indonesia, ukuran ini masih sering disebut.
Perlu diketahui bahwa berbeda dengan BPS, Bank Dunia memiliki beberapa ukuran yang disesuaikan dengan “kelompok pendapatan negara” sesuai klasifikasi mereka. Pertimbangannya terutama terkait perbedaan “taraf hidup” sosial ekonomi secara umum dari negara yang berbeda jauh tingkat pendapatan rata-rata per kapitanya.
Bagi negara-negara miskin (lowincome countries) dipakai ukuran US$1,90 per kapita per hari. Bagi negara-negara berpendapatan menengah bawah (lower middleincome countries) sebesar US$3,20. Dan bagi negara-negara berpendapatan menengah atas (upper middleincome countries) sebesar US$5,50.