Menurut data, rata-rata orang Indonesia membuang makanan sekitar 77 kg per kapita setiap tahunnya.
BARISAN.CO – Sekitar 1,3 miliar ton makanan terbuang sia-sia atau hilang. Padahal, ini cukup untuk memberi makan 3 miliar orang di dunia. Boston Consulting Group (BCG) memperkirakan makanan yang terbuang ini bernilai US$230 miliar. Angka yang fantastis bukan?
Para peneliti memperkirakan kalori makanan yang hilang dari sisa makanan mencapai sekitar 24% dari total kalori makanan yang tersedia. Sebagai gambaran, PBB melaporkan bahwa sekitar sepertiga populasi global, sebagian besar di negara berkembang dan negara berpenghasilan rendah, tidak memiliki akses pangan yang cukup pada tahun 2020–meningkat 320 juta orang dari tahun sebelumnya.
Trennya juga meningkat. Menurut perkiraan, tingkat makanan yang terbuang secara global akan meningkat sepertiga lagi pada tahun 2030.
Ada beberapa penyebab tak terduga untuk makanan yang terbuang sia-sia. Riset OnePoll bahkan menemukan, satu dari tiga orang memesan makanan bukan untuk dikonsumsi melainkan demi konten. Kegilaan inilah yang justru membahayakan lingkungan.
Limbah makanan adalah sumber emisi gas rumah kaca (GRK) yang sangat besar dan pemborosan sumber daya alam. Oleh karenanya, dengan mengurangi limbah makanan, kita dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca global, membangun ketahanan pangan, dan mendorong sistem pangan yang sehat.
Makanan juga menggunakan banyak air. Pertanian menyumbang 70 persen air yang digunakan di seluruh dunia. Jika kita membuang 1 kg daging sapi artinya kita membuang 50.000 liter air dalam memproduksi daging tersebut. Ada juga korelasi antara limbah makanan deforestasi.
Sementara, data SIPSN KLHK, total sampah timbulan di Indonesia mencapai 19,14 juta per tahun pada 2022. Dari jumlah itu, sekitar 41,69 persennya berupa sisa makanan. Sedangkan, menurut data World Population Review, rata-rata orang Indonesia membuang makanan sekitar 77 kg per kapita setiap tahunnya.
Secara etis, limbah makanan berdampak langsung pada masyarakat. Saat membuang makanan, banyak orang di seluruh dunia memiliki akses terbatas ke makanan. Jangankan dunia, belum lama ini masyarakat Papua mengalami krisis makanan akibat kekeringan.
Selain itu, diperkirakan seperempat emisi gas rumah kaca buatan manusia berasal dari limbah makanan. Saat makanan membusuk dan terdegradasi mengeluarkan gas berbahaya yang 25 kali lebih berbahaya dari karbon dioksida (CO2).
Jadi, sebelum membuang-buang makanan, pikirkan berapa banyak kerugian yang ditimbulkan. [Yat]