Walau merupakan produk sekali pakai, sedotan beras mendominasi pasar karena daya komposnya yang luar biasa.
BARISAN.CO – Umat manusia menggunakan lebih dari 500 juta sedotan plastik setiap hari, menurut 5gyres. Limbahnya menyapu lautan kita, meninggalkan kerusakan dan dampak jangka panjang yang berbahaya.
Seiring dengan semakin cepatnya pergerakan sampah di perairan dan tempat pembuangan sampah kita, gelombang besar pelarangan penggunaan plastik sekali pakai mulai merembes ke seluruh negara di dunia.
Pemerintah, dunia usaha, dan konsumen di seluruh dunia sedang mencari alternatif pengganti plastik yang ramah lingkungan terutama berfokus pada bahan ramah lingkungan dalam produksi.
Meski, sedotan kertas lebih ramah lingkungan daripada sedotan plastik, namun proses pembuatannya tidak demikian. Sedotan kertas memerlukan banyak air, energi, dan bahan kimia untuk memutihkan dan memperkuat kertas.
Emisi transportasi dan penggundulan hutan akibat pengadaan bahan mentah juga dapat meningkatkan jejak karbon.
Begitu juga dengan sedotan logam yang dalam proses ekstrasinya masih menggunakan bahan bakar fosil sehingga memperparah isu pemanasan global. Lalu, apakah ada alternatif lainnya? Tentu, yakni dengan sedotan beras.
Sedotan ini belum sepopular sedotan jenis lainnya. Namun, di salah satu kafe di Gili Trawangan bernama Kayu Cafe, mereka telah menyediakan sedotan beras ini.
Sedotan ini telah menduduki peringkat teratas dalam daftar produk ramah lingkungan. Mirip dengan sedotan kompos nabati lainnya, sedotan beras terbuat dari 100 persen bahan alami termasuk tepung tapioka dan beras.
Walau merupakan produk sekali pakai, sedotan ini mendominasi pasar karena daya komposnya yang luar biasa. Menggunakan dan membuang sedotan beras secara teratur tidak akan menyebabkan tumpukan polusi plastik dan limbah beracun yang ditemukan di sungai, laut, dan hutan karena kemampuannya terurai dengan aman hanya dalam waktu tiga bulan.
Menariknya, sedotan ini juga dapat dimakan, lho! Mengutip Suara Surabaya, mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) yang tergabung dalam kelompok StrawBite pada Juni lalu memamerkan sedotan jenis ini di Pagelaran Ubaya Innovaction Festival (Unno Fest) Vol. 02.
Sayangnya, memproduksi sedotan beras membutuhkan biaya lebih mahal daripada yang sedotan kertas. Tapi, boleh dong berharap Indonesia bisa memproduksi massal sedotan ini ke depannya biar lingkungan makin terjaga. [Yat]