Jepang termasuk negara yang mengalami dampak serius akibat penggunaan masker terus-menerus selama pandemi.
PANDEMI Covid-19 selama tiga tahun ternyata telah menghilangkan salah satu esensi kehidupan manusia: ekspresi kebahagiaan lewat senyuman. Gara-gara keharusan memakai masker.
Bagi umat muslim senyum tidak sekadar wujud kebahagiaan dan juga bagian dari ekspresi bahasa nonverbal dari pergaulan tetapi juga memiliki nilai ibadah. Jadi, selama tiga tahun ini, kalangan muslim telah kehilangan pahala akibat masker.
Masker memang telah banyak digunakan masyarakat dunia terutama di transportasi publik. Bisa karena alasan sakit, alergi debu atau demi kesehatan. Namun, penggunaannya tidak terus-menerus seperti saat pandemi.
Di Indonesia juga sudah lama masyarakat menggunakan masker terutama ketika terjadi kebakaran hutan musiman yang terjadi di Sumatra dan Kalimantan.
Tetapi penggunaan masker secara dramatis memang baru terjadi saat pandemi Covid-19 dan dampaknya terasa sampai sekarang. Tidak hanya di Indonesia tetapi juga negara-negara lain seperti Jepang.
Terapi Senyum
Jepang termasuk negara yang mengalami dampak serius akibat penggunaan masker terus-menerus selama pandemi. Seperti disitat dari The New York Times, edisi daring 15 Mei 2023, banyak warga Jepang yang mengaku kesulitan untuk tersenyum dan otot muka menjadi kaku.
Kini mulai menjamur pelatihan senyum. Pelatihan dilakukan secara tatap muka dan juga daring. Pelatihan instruktur bersertifikat juga menjamur. Biayanya mencapai 80.000 yen atau setara Rp8,7 juta, ditambah konsumsi sekitar $650.
Bagaimana dengan di Indonesia? Sejak zaman nenek moyang memang kita sudah ramah dan banyak senyum. Tidak harus ikut pelatihan atau kursus untuk bisa tersenyum.
Untuk apa ikut sesi pelatihan senyum apalagi untuk tertawa lepas. Hanya buang-buang duit. Toh, masyarakat Indonesia sudah biasa menertawakan nasib sendiri. Senyum atas penderitaan orang lain.
Bahkan hari-hari ini kita bisa senyum sepuasnya atau tertawa terbahak-bahak atas perilaku elite politik menjelang Pemilu 2024. Mereka itu lakon tontonan yang menarik. Ada yang takut kehilangan jabatan, ada yang takut setelah tidak jadi penguasa, ada yang haus kekuasaan dan ada juga yang lincah seperti kancil bermanuver. Mereka semuanya layaknya pemain watak dan berkarakter.
Lumayan lucu dan membuat kita tersenyum!