Saat itu terjadi, maka akan berpengaruh pada rendahnya partisipasi politik di kalangan pemilih muda.
BARISAN.CO – Apatisme politik dihasilkan melalui perasaan tidak tertarik atau acuh tak acuh terhadap politik dan aktivitas politik. Hal ini mencakup tanggung jawab sipil, keterlibatan sipil, dan partisipasi dalam proses pemilu.
Dengan kata lain, apatis politik tercermin pada individu dan kelompok yang tidak melihat pentingnya berpartisipasi dalam sistem politik negaranya.
Sebuah studi baru yang dilansir dari Florida Atlantic University (FAU) mengungkapkan, ketidakpuasan politik menyebar dari orang tua ke anak-anak. Sederhananya, dalam rumah tangga yang orang tua dan remajanya yang memiliki hubungan hangat menularkan sikap apatis politik kepada anak-anak remajanya, yang mungkin mempunyai konsekuensi yang tidak menguntungkan, yaitu berkontribusi pada rendahnya partisipasi politik di kalangan pemilih muda.
Baik ibu dan ayah tidak berbeda dalam hal pengaruh. Keduanya sama-sama penting dalam membentuk sikap remaja terhadap politik. Pengaruh bersifat satu arah: remaja tidak berkontribusi terhadap apatis politik dari salah satu orang tuanya.
Temuan-temuan dari studi baru ini penting karena menunjukkan peluang baru yang menjanjikan untuk meningkatkan partisipasi politik di kalangan pemilih muda: dengan menargetkan sikap politik orang-orang terdekat mereka, khususnya orang tua mereka.
“Logikanya sangat jelas,” kata Brett Laursen, Ph.D., penulis senior dan profesor psikologi di Charles E. Schmidt College of Science di FAU. Anak-anak yang dekat dengan orang tuanya cenderung lebih mengidentifikasi diri mereka dan lebih mudah menerima pesan-pesan dari orang tua mereka mengenai politik. Kami mendengarkan orang-orang yang kami sukai, kami melibatkan mereka dalam dialog, kami mengidentifikasi diri dengan mereka dan kami meniru perilaku mereka.”
Temuan ini juga mengingatkan bahwa pengaruh orang tua adalah pedang bermata dua. Laursen menyebut, hasil penelitiannya tersebut penting karena banyak bentuk perilaku remaja yang masih sangat rentan terhadap pengaruh orang tua.
“Kami menganggap orang tua sebagai agen sosialisasi yang positif, dan biasanya memang demikian. Namun kebiasaan buruk dan sikap buruk juga bisa menular dari orang tua ke anak, dan orang tua harus mewaspadai kemungkinan ini,” tambah Laursen.
Laursen menyayangkan, beberapa orang tua meremehkan pentingnya hal ini. Menurutnya, anak-anak memperhatikan dan mendengarkan, bahkan pada masa remaja akhir.
“Mereka mengambil isyarat dari orang tua, khususnya dalam keluarga yang erat dan hangat. Sikap terhadap politik hanyalah contoh lain dari banyaknya cara orang tua memberikan dampak mendalam dan bertahan lama terhadap kehidupan anak-anaknya,” papar Laursen. [Yat]