Jadi kalau memotret realitas warga Jakarta, maka sesungguhnya kesadaran masyarakat tentang kebutuhan persaingan politik ini sudah tinggi. Faktanya, warga Jakarta telah mengambil inisiatif lebih dulu dibandingkan para elite politik terkait Pilkada 2024. Sudah sejak beberapa bulan lalu, Warga Jakarta menyuarakan aspirasinya, termasuk sosok gubernur seperti apa yang mereka impikan.
Dengan demikian, sesungguhnya Warga Jakarta telah menampilkan ihwal esensi persaingan politik sebagai pembelajaran. Melalui aneka macam deklarasi dan penyampaian aspirasi secara terbuka, Warga Jakarta seolah menandaskan bahwa persaingan politik yang sehat akan mendorong semua pihak yang terlibat terus menerus dalam proses pembelajaran politik. Dengan adanya persaingan masing-masing pihak akan saling berlomba untuk menjadi yang terbaik. Hal ini mendorong pihak yang berkompetisi untuk terus memutar otak supaya selalu up-to-date dengan kondisi dalam masyarakat.
Kompleksitas kondisi masyarakat Jakarta membuat cara pemecahan yang berhasil di masa lampau menjadi cepat usam. Selain itu, masyarakat pun tidak henti-hentinya memberikan ide dan gagasan mengenai permasalahan tertentu. ini membuat kontestan politik harus selalu belajar dan mengamati setiap perubahan yang ada dalam masyarakat.
Proses belajar tidak akan dapat dilakukan tanpa melalui mekanisme monitoring dan mencari solusi berlandaskan data dan informasi yang valid. Informasi dalam hal ini penting sekali,mengingat kita tidak dapat mengambil suatu keputusan apapun tanpa ketersediaan informasi. Berdasarkan informasi yang di peroleh dari masyarakat, kemudiaan dilakukan penelusuran alternatif pemecahannya. Proses untuk memperbaiki diri ini merupakan proses pembelajaran.
Jika demikian realitasnya, maka gubernur yang ideal untuk Jakarta kedepan adalah sosok yang sudah khatam ihwal Jakarta dan mampu berkomunikasi secara produktif dengan Warga Jakarta. [r]