Agus Mokhtar Sidiq buka-bukan tentang alasannya mendukung Anies Baswedan.
BARISAN.CO – Anies Baswedan saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 menetapkan Peraturan Gubernur No. 5 Tahun 2020 Tentang Perkawinan Pada Usia Anak. Pada Pergub tersebut mencakup kewajiban orang tua dan upaya anak untuk mencegah perkawinan anak melalui pendidikan kesehatan reproduksi.
Selain itu, saat menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ke-27, Anies menggodok kurikulum kesehatan reproduksi di tengah maraknya kasus kekerasan seksual terhadap anak.
Bukan hanya lewat jalur pendidikan langsung ke siswa, Kemendikbud juga mempersiapkan buku panduan bagi orang tua. Tujuannya agar orang tua bisa mengarahkan anak dan tetap memegang teguh prinsip nilai agama, budaya, dan sembari tetap mendidik anak-anaknya untuk dewasa serta bisa menjaga diri dengan baik.
Jumlah kasus perkawinan anak memang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Hasto Wardoyo, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menekankan pentingnya pendidikan seksual setelah adanya temuan 50.000 anak menikah dini karena mayoritas hamil di luar nikah, seperti dikutip dari CNN.
Sementara, menurut data Komnas Perempuan, sejak tahun 2016, dispensasi perkawinan anak menikah meningkat 7 kali lipat. Sedangkan, pada 2021 terdapat 59.709 permohonan dispensasi.
Oleh karenanya, Agus Mokhtar Sidiq, M.Pd., Ketua DPW Sobat Anies Jawa Barat membeberkan alasannya terjun langsung untuk pemenangan bacapres (bakal calon Presiden), Anies Baswedan karena berharap agar Anies bisa kembali memasukkan banyak program suplemen di bidang pendidikan melalui KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja).
Dia menuturkan, dalam kurikulum KRR terdapat masalah bahaya narkoba dan AIDS/HIV. Sehingga, ketika anak mau lulus dari SMA sederajat dan mau menikah langsung, kata Agus, sudah ada persiapan langsung tentang kesehatan reproduksi remaja, yang materi-materi itu luar biasa.
“Jadi, saya berharap ketika Pak Anies jadi Presiden, suplemen-suplemen pendidikan itu dimasukkan lagi dalam kurikulum pendidikan yang ada di Indonesia. Jujur, saya sangat miris dan sedih ketika suplemen pendidikan kesehatan reproduksi remaja itu sudah tidak ada, kejadiannya sekarang banyak di beberapa kabupaten/kota ada kejadian anak hamil di luar nikah itu anak SMP dan SMA,” kata tokoh pendidikan Jawa Barat itu kepada Barisanco pada Kamis (6/4/2023).
Menurutnya, kasus kenakalan remaja merupakan tanggung jawab semua pihak, baik orang tua, lembaga pendidikan, dan khususnya pemerintah.
“Kalau pemerintahnya melek atau peduli dengan nasib anak yang tidak rusak dengan dekadansi moralnya akan membuat kurkulum yang sinergi untuk remaja. Itulah yang membuat saya mendukung Pak Anies maju sebagai Presiden 2024,” tambahnya.
Agus menuturkan, pembekalan untuk anak dan remaja itu sangat penting agar tidak terulang kejadian sampai sekarang.
“Ini tanggung jawab orang tua, sekolah, dan pemerintah, baik Disdik (Dinas Pendidikan) kabupaten/provinsi maupun Kemendikbud RI dan utamanya presiden. Sehingga, saya bermimpi dengan Presidennya itu Pak Anies, mantan Mendikbud, Insya Allah akan berhasil kurikulum pendidikan di Indonesia mulai 2024-2029. Amiin,” jelasnya.
Akan tetapi, sering kali kita mendengar, tak semua hal bisa dilimpahkan ke Presiden karena tugas dan tanggung jawabnya sudah sangat banyak. Agus justru berpendapat berbeda.
“Kalau Presidennya tidak punya rasa memiliki atau tidak peduli terhadap nasib anak dan remaja ke depan ini akan berbahaya. Paling utama remaja itu akan hancur saat seks bebas, kedua narkoba, dan ujung-ujungnya kena AIDS/HIV, jadi kalau SDM (sumebr daya manusia) kita sudah kena AIDS/HIV itu berat karena tidak ada obatnya sama sampai sekarang,” tegasnya.
Maka dari itu, seorang Presiden yang punya kepedulian terhadap anak dan remaja yang sebagai generasi penerus perjuangan banga, tambah Agus, Insya Allah akan memperhatikan bagaimana generasi ini ke depannya.
“Khususnya, dengan program-program yang lebih mendukung dan mengutamakan kepada anak atau remaja yang ada di sekolah,” pungkasnya.