Sementara IndoBarometer mempublikasikan hasil survei intelektualitas Gibran jauh melejit di atas Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar.
DEBAT adalah bagian dari kecerdasan lain yaitu kecerdasan verbal atau berbahasa. Karena itu founding persons atau founding fathers kita dikenal dan kesohor sebagai tukang debat, rata-rata orator ulung, penulis atau jurnalis. Jangan ditanya soal buku yang dibacanya.
Lalu, 78 tahun kemudian setelah merdeka di Indonesia seorang anak muda yang mencalonkan diri sebagai wakil presiden, ditanya anak muda lainnya dalam kuliah umum di Institut Teknologi Del, Toba Samosir, Sumatera Utara. Pertanyaannya terkait inovasi yang dilakukannya sebagai Wali Kota Solo. Jawabannya, di luar dugaan anak muda!
Ya, nama anak muda yang ditanya anak muda itu adalah cawapres muda yang lolos pencalonan lewat ‘akselerasi’ di Mahkamah Konstitusi (MK) bernama Gibran Rakabuming.
Seperti dikutip dari Medcom.id, moderator muda saat diskusi bertanya, “Nah, kira-kira menurut Mas Gibran, bagaimana cara mahasiswa muda, orang muda-muda sekarang, berinovasi di teknologi seperti yang Mas Gibran lakukan.”
“Inovasi apa dulu?” Gibran merasa belum jelas.
Sang moderator kemudian menjelaskan lagi yaitu soal Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di Solo. Sepertinya, audiens berharap akan mendapat penjelasan yang rinci, detail dan sistematis. Paling tidak mendapat gambaran utuh.
Tapi yang didapatkan jauh panggang dari jalan tol. Jauh banget. Tak ada penjelasan. Jleb!
“Oh iya. Itu ada bukunya. Enggak usah saya jelasin.”
Nyesssss! Tapi audiens untungnya bisa tertawa lepas. Lumayan menghibur, mungkin pikir mereka.
Setelah melihat potongan video dan sejumlah pemberitaan di media daring itu memang benar membuat saya bisa tersenyum dan bisa tertawa lepas.
Tapi setelah itu saya jadi ingat dan tidak bisa membayangkan seperti apa negeri ini bila dulu anak muda seperti Sjahrir, Sukarno, Hatta, Tan Malaka, Agus Salim ketika ditanya audiens atau pendebat cukup menjawab, “nggak perlu dijelasin sudah ada di buku.”
Justru mereka itu mengeluarkan semu isi buku untuk didedahkan dan disampaikan kepada publik dan masyarakat. Mereka pecinta buku dan gila baca juga seorang penulis.
Kok, tiba-tiba negeri ini begitu jomplang. Sementara IndoBarometer mempublikasikan hasil survei intelektualitas Gibran jauh melejit di atas Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar. Aneh?
KPU Hilangkan Debat Cawapres
Saya, mungkin juga publik ingin sekali melihat debat cawapres yang berkualitas. Saya tentu ingin bukti survei Mohamad Qodari apakah betul intelektualitas Gibran mengalahkan Mahfud MD dan Gus Imin.
Saya membayangkan ketika debat misalnya, Gus Imin tak berkutik ditanya Gibran soal rencana pengembangan produksi pisang nasional agar bisa mengalahkan India dan China. Dan insentif apa yang akan diberikan bagi pengusaha produk pisang di Indonesia sehingga mereka berkembang dan tidak bangkrut. Minimal bisa bertahankan seperti pisang goreng pontianak di pinggir jalan dan mereka tetap eksis kendati tidak disuntik modal miliaran rupiah. Saya pasti akan senang bila Gus Imin tak berkutik dan tidak bisa menjawabnya.
Begitu juga ketika Gibran mencecar Mahfud MD, saya bayangkan profesor hukum itu akan keteteran ketika Gibran bertanya soal pasokan tepung terigu dan pengembangan martabak nasional. Misalnya Gibran bertanya kepada Pak Mahfud apakah ada pengganti atau substitusi tepung terigu agar martabak di Indonesia lebih sehat. Terigu yang mengandung gluten apakah bisa diganti dengan tepung sorgum? Apakah Indonesia siapa menyediakan tepung sorgum untuk keberlanjutan martabak nasional.