Transjakarta menargetkan 100 persen armadanya dimotori oleh listrik pada tahun 2030.
BARISAN.CO – Menurut riset Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia, elektrifikasi seluruh armada TransJakarta pada tahun 2030 akan menghasilkan nilai ekonomi sebesar Rp4,2 triliun.
Hasil riset tersebut disampaikan siang ini, Rabu (24/5/2023), dalam acara Sustainable E-Mobility Event: Lessons Learned from Jakarta di Hotel Aryaduta Menteng.
Adapun riset ini merupakan hasil kerja sama ITDP dengan UK PACT (Partnering for Accelerated Climate Transitions) dari Pemerintah Inggris.
Direktur Interim ITDP Indonesia Gonggomtua Sitanggang mengatakan, akan menjadi keuntungan bagi Transjakarta jika dapat melakukan elektrifikasi armadanya dalam skala besar.
“Elektrifikasi armada sudah layak secara finansial dan perlu segera,” Gonggomtua Sitanggang.
Selain membawa keuntungan finansial, katanya, elektrifikasi juga mampu mengurangi hampir 60 persen emisi Gas Rumah Kaca (GRK) berbanding dengan skenario Business-as-usual (BaU) sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Paris.
“Namun, untuk memastikan kelayakan transisi ke bus listrik tersebut, hasil studi juga menunjukkan bahwa Transjakarta harus mengeksplorasi skema pembiayaan baru seperti pemisahan kepemilikan aset dan operasional armada, serta menerapkan skema leasing dengan operator untuk mendistribusikan risiko operasional dan beban pembiayaan,” kata dia.
Target 100 Persen Listrik
Transjakarta sendiri menargetkan 100 persen armadanya menggunakan listrik pada tahun 2030. Pada saat ini, sudah ada 30 bus listrik yang beroperasi sejak tahun 2022 dan targetnya tahun ini akan bertambah 48 bus lagi.
Dari segi ini, ITDP menyebut Transjakarta memerlukan pembiayaan yang tidak sedikit. Untuk itu, Gonggom menyarankan skema pembiayaan perlu secara kolaboratif, misalnya dengan melibatkan Kementerian Keuangan.
Pelibatan Kemenkeu dinilai bisa menghasilkan cost of fund terendah untuk pengadaan bus listrik. Di luar itu, Transjakarta juga bisa mencoba menggunakan skema Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) sebagai instrumen investasi alternatif untuk membiayai program e-bus.
Selain soal elektrifikasi armada bus listrik, riset ITDP tersebut juga membicarakan banyak aspek lain, seperti penguatan kerangka kebijakan seputar elektrifikasi bus, alternatif skema pendanaan, pengembangan business case implementasi bus listrik untuk armada Transjakarta, serta toolkit perencanaan bus listrik yang lengkap dengan Gender-Impact Assessment (GIA).
Asisten Perekonomian dan Keuangan Setda Provinsi DKI, Sri Haryati, yang juga hadir dalam acara ini, menyebut jajarannya sangat terbantu oleh hasil studi ITDP.
“Hasil studi ini tentu sangat membantu Jakarta menuju elektrifikasi publik. Ini bagian dari langkah komitmen Jakarta menuju Sustainable Global City,” katanya. [dmr]