Banyak yang mengajukan usul, agar Mahfud MD maju sebagai capres atau cawapres. Agar pemimpin bangsa ke depan tidak macam penjual obat. Sebagian orang tetap berharap, Mahfud MD tetap di posisinya sekarang.
DI MASA kanak saya 1970-an, di alun-alun ada beberapa tukang obat. Sebagian kost di kampung kami yang memang dekat alun-alun.
Macam-macam obat yang dijual. Tapi mereka tidak sekadar jual obat. Untuk menarik pengunjung melingkari, mereka juga melakukan atraksi
Ada yang beratraksi membawa samurai, mau dibabadkan ke tangan sendiri. Begitu samurai dilepaskan dari sarung, semua penonton ngeri-ngeri sedap.
Terutama saat dia melinting baju. Sampai di situ dia kemudian mengenalkan diri dan menjelaskan obat yang dijualnya. Hingga obat lumayan terjual, atraksi membabat lengan itu tidak pernah terjadi.
Anehnya meski begitu, besok dan besoknya pengunjung tetap datang melingkari. Asik melihat atraksi yang begitu-begitu saja. Ada ketegangan dramoi sebagai tontonan gratis.
Zaman itu memang belum ada televisi mewabah dari rumah kaya hingga miskin. Alternatif hiburan ya tukang obat dengan drama sulapnya.
Sejak televisi merebak hiburan di alun-alun ditinggalkan. Orang lebih asyik di rumah menghadapi layar teve. Di teve pun banyak yang ditawarkan, seperti di jaman tukang jual obat.
Meningkat ke gadged, dunia seperti dibuka lebar. Kehidupan mengalami percepatan tak terduga. Informasi lebih cepat dari televisi, terlebih koran cetak yang nasibnya seperti penjual obat di alun.
Setiap orang dengan ponsel di tangan bisa bertindak seperti pewarta di garda depan. Bahkan info viral mereka bisa mempengaruhi dunia politik. Sekaligus politikus memanfaatkan kekuatan media sosial sebagai gerak politiknya.
Teknologi informasi ini telah melahirkan dunia politik baru. Meski jauh sebelum ini para ahli pendahulu kita sudah memakjulkan, tentang kekuatan rakyat. Siapa berani melukai rakyat, langsung dan cepat terhukum oleh masyarakat.
Hukum pun tampaknya tidak main-main lagi. Pengadilan terbuka menjadi bukti bahwa masyarakat mesti melihat kasus besar terbuka di depan mata.
Termasuk ke depan, pengadilan korupsi BTS untuk masyarakat terluar tertinggal. Korupsi uang dan hak rakyat dalam jumlah fantastis, 8 triliun lebih.
Tapi tetap saja, semua itu tergantung siapa pengendali hukumnya. Menkopolhukam Mafhud MD yang dibilang tidak kenal takut itu, telah terbukti membongkar kasus korupsi besar.
Dunia tukang jual obat telah mengalami reinkarnasi keluasan dan percepatan informasi. Tentu rakyat penyaksi ingin benar-benar melihat bahwa. Layar besar dan layar kecil di depan mata bukan sekadar hiburan, tapi kenyataan keadilan.
Banyak yang mengajukan usul, agar Mahfud MD maju sebagai capres atau cawapres. Agar pemimpin bangsa ke depan tidak macam penjual obat. Sebagian orang tetap berharap, Mahfud MD tetap di posisinya sekarang.
Supaya keadilan sungguh terwartakan oleh masyarakat dan disaksikan oleh rakyat. *