Berdasarkan perjanjian tentatif, 27 negara UE tidak lagi dapat mengekspor sampah plastiknya ke negara non-OECD.
BARISAN.CO – Uni Eropa telah berjanji untuk membersihkan tindakannya dan mengurangi pembuangan limbahnya ke tempat lain. Masyarakat di negara-negara berpendapatan rendah yang paling banyak terkena dampak sampah di Eropa ini.
Namun, pada Jumat (17/11/2023), Uni Eropa membuat terobosan besar dalam upaya menghentikan pengiriman sampah plastik ke negara-negara miskin.
Melansir AP News, berdasarkan perjanjian tentatif, 27 negara UE tidak lagi dapat mengekspor sampah plastik mereka di luar kelompok negara-negara kaya Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
Teks tersebut sekarang perlu disetujui secara resmi oleh dewan yang mewakili negara-negara anggota UE dan Parlemen UE agar dapat diberlakukan.
Eropa hanya mendaur ulang sepertiga sampah plastik. Sisanya, dikumpulkan untuk didaur ulang diekspor untuk diolah ke negara-negara di luar UE.
“UE pada akhirnya akan memikul tanggung jawab atas sampah plastiknya dengan melarang ekspornya ke negara-negara non-OECD,” kata Pernille Weiss, pelapor Parlemen UE.
Weiss sekali lagi menegaskan, Uni Eropa mengikuti visi bahwa limbah adalah sumber daya jika dikelola dengan baik.
“Namun tidak boleh menyebabkan kerusakan pada lingkungan atau kesehatan manusia,” jelas Weiss.
Selain itu, ekspor sampah plastik ke 38 negara OECD “akan tunduk pada persyaratan yang lebih ketat. Termasuk kewajiban untuk menerapkan prosedur pemberitahuan dan persetujuan tertulis sebelumnya, dan pemantauan kepatuhan yang lebih ketat.
Kesepakatan tersebut diumumkan saat perundingan yang dipimpin PBB mengenai perjanjian yang bertujuan mengurangi polusi plastik berlangsung di Kenya.
Komisi UE mengatakan, para perunding sepakat untuk membentuk sebuah kelompok untuk mengoordinasikan tindakan negara-negara anggota guna memastikan pengiriman ilegal terdeteksi dan dicegah.
UE mengekspor lebih dari 1,1 juta metrik ton sampah plastik pada tahun 2022 ke negara-negara non-UE dan wilayah khusus, menurut catatan Eurostat. Sebagian besar dikirim ke Turki, Malaysia, dan Indonesia. [Yat]