Dalam kondisi ini, apa yang terjadi ketika proses belajar berhenti? Bekal apa yang dimiliki masyarakat umum untuk menjalani kehidupan dengan tenang dan bahagia?
Kondisi ini sesungguhnya adalah masalah besar yang harus diatasi. Masalah sosial akan bermunculan akibat kurangnya asupan pengetahuan di masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat pada umumnya harus hidup dalam suasana belajar, apa pun situasinya.
Negara harus turut campur dalam hal ini. Misi mencerdaskan kehidupan bangsa tidak boleh dipersempit hanya pada ruang dan masa sekolah.
Perlu ada kampanye dan fasilitasi dari negara agar masyarakat terus belajar. Intervensi negara bahkan perlu sampai ke tingkat keluarga karena di sanalah terletak nasib kualitas generasi bangsa di masa mendatang.
Tentu, tugas mencerdaskan kehidupan bangsa tidak hanya bertumpu pada negara. Inisiatif masyarakat untuk menumbuhkan semangat belajar sangat dibutuhkan. Ruang-ruang belajar di masyarakat perlu ditumbuhkan.
Sejalan dengan pandangan ini, Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, percaya bahwa pendidikan tidak terbatas pada sekolah formal, tetapi berlangsung seumur hidup melalui pengalaman dan interaksi sosial.
Menurutnya, “Setiap tempat adalah sekolah, dan setiap orang adalah guru,” menegaskan bahwa belajar bisa terjadi di mana saja dan kapan saja.
Pandangan Ki Hajar ini perlu diterjemahkan secara lebih konkret dan kreatif, baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
Intinya, iklim belajar harus tumbuh di masyarakat. Keterpelajaran harus diraih, tidak hanya oleh kalangan sekolahan, tetapi juga oleh masyarakat luas. Dari sinilah, mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi relevan dan nyata. []