KEDAI minum Ceu Iroh seperti biasa remang dan menyepi-nyepi di tengah malam. Tinggal Sanu yang tertelungkup mabok di meja, dan sisa minuman dalam gelas kecil dan botol kosong.
Ceu Iroh belum juga mau menutup kedainya, masih menimbang-nimbang apakah ia mau memapah Sanu ke kamar.
Disulutnya lagi rokok kretek, bersamaan satu mobil berhenti di depan kedai. Bersamaan pula Sanu tertegak, terpana melihat perempuan pengendara mobil itu masuk kedai.
Sadar maboknya seperti mengenal perempuan mirip Kris Dayanti itu melewati duduknya. Si Kris permisi kepada Ceu Iroh, numpang ke kamar mandi.
Tanya Ceu Iroh kepada Sanu, “Itu Warum, kenal, Mas?”
Sanu pun memberi isyarat sambil membisikkan suara, tentang perempuan yang cukup kondang di jalanan.
Ceu Iroh mengangguk, “dia sekarang jadi isteri Bos di Jakarta,” ujarnya dengan suara membisik pula. Dibelikan mobil dan rumah di real estate Jakarta.”
Sanu terperangah, “kok bisa?”
Lanjut Ceu Iroh, “usaha si Bos jadi menanjak sukses, sejak mereka bertemu di Monas, dan menganggap Warum sebagai hoki.”
Bisik-bisik mereka terhenti, begitu Warum muncul dari kamar mandi. Memang berbeda penampilannya dari saat ia masih di jalanan.
Meski satu cirinya mudah dikenali, tangan kirinya ceor atau agak cacat. Ia membalas angguk senyum Sanu, seraya mereka bersalam kenal.
Bersamaan itu seorang pria parobaya bertas punggung masuk, menemui Warum. Tampak Warum mengeluarkan BBKB dan STNK, dan pria itu mengeluarkan beberapa gepok uang.
Ya, di hadapan Sanu dan Ceu Iroh, jual beli mobil itu berlangsung singkat. Warum berkata kepada si pria, “antarkan saya.”
Dalam sekejap mereka berdua lenyap bermobil entah kemana. Penasaran Sanu bertanya kepada Ceu Iroh, “kemana mereka?”
Sahut Ceu Iroh, “biasa Warum, Mas, menghabiskan uang di meja judi.”
Benar, besok malamnya Ceu Iroh bercerita. “Pagi-pagi Warum datang, mengumpat habis, uang hasil penjualan mobil habis di meja judi.”
Sanu tercenung, uang ratusan juta tandas dalam waktu separo malam? Apakah karena itu banyak terjadi korupsi di negeri ini, pikirnya. Tidak hanya ratusan juta, tapi milyaran, bahkan triliunan rupiah.
Bagaimanakah macamnya korupsi di negeri ini. Korupsi uang rakyat dan jelas merugikan rakyat yang bekerja memeras keringat untuk membayar pajak.
Juga banyaknya kekerasan dan kriminal yang terjadi. Termasuk diriku, batin Sanut, mesti minum setiap malam untuk bisa tidur. Tak lain karena stress sebagai relawan, menghadapi negeri yang diwabahi judi politik.*