Opini

Kaligrafi; Bentuk Relasi Antara Agama, Budaya dan Media

Avatar
×

Kaligrafi; Bentuk Relasi Antara Agama, Budaya dan Media

Sebarkan artikel ini
Foto: senikaligrafi.com

PERHATIAN utama terhadap agama adalah terletak pada fungsinya dalam masyarakat. Konsep fungsi seperti kita ketahui, menunjuk pada sumbangan atau kontribusi yang diberikan agama, atau lembaga sosial yang lain, untuk mempertahankan keutuhan masyarakat sebagai usaha-usaha yang aktif dan berlangsung secara terus menerus.

Agama merupakan seperangkat kepercayaan, nilai-nilai, praktik, dan aturan yang membentuk pandangan dunia dan panduan perilaku bagi pengikutnya. Menurut Amri Marzali (2016: 61) dalam Islam, agama dipercayai terdiri dari dua unsur pokok, yaitu “kepercayaan” atau aqidah dan “ritual” atau syariah sebagai konsekwensi daripada aqidah tersebut. Dalam konsep Islam, kepercayaan atau aqidah adalah “rukun iman,” sedangkan ritual atau syariah adalah “rukun Islam.”

Budaya atau yang biasa di sebut culture merupakan warisan dari dari nenek moyang terdahlu yang masih eksis sampai saat ini. Laode Monto Bauto, (2014: 24), mengatakan, suatu bangsa,  tidak akan memiliki ciri khas tersendiri tanpa adanya budaya-budaya yang di miliki. Budaya-budaya itupun berkembang sesui dengan kemajuan zaman yang semakin modern.

Kebudayaan berfungsi sebagai jembatan yang terus dipelihara oleh generasi sebelumnya dan diteruskan kepada generasi berikutnya. Kebudayaan yang demikian dapat menjadi alat untuk menginterpretasikan agama yang tampak dalam realitas nyata atau agama yang dinyatakan secara resmi dalam kehidupan masyarakat. Pengalaman agama dalam lingkungan masyarakat diolah oleh para penganutnya berdasarkan pada sumber agama, yakni wahyu, melalui proses penalaran.

Media mempunyai peran sangat krusial di setiap lini kehidupan masyarakat. Media merupakan institusi sosial atau sistem yang memiliki fungsi sebagaimana institusi sosial lain, termasuk institusi agama. Kekuatan media juga dapat digunakan untuk merekonstruksi sistem nilai-nilai nasional dengan menyiarkan kegiatan-kegiatan agama. Media mempunyai kemampuan untuk mengomunikasikan pesan agama yang memungkinkan orang memiliki semangat hidup, etos kerja, ketaatan mematuhi aturan Tuhan, dan prinsip-prinsip hidup bersama sehingga berdampak positif bagi perkembangan masyarakat.

Kehadiran media baru seperti YouTube, Facebook, Twitter dan semacamnya di masyarakat tidak bisa dibantah dengan argumentasi apapun. Media baru tersebut sekarang menjadi “negara” terbesar di dunia sehingga mengubah cara berkomunikasi verbal bahkan turut meramaikan wacana keagamaan dan kebuyaan di seluruh dunia.

Pemanfaatn media baru oleh para pendakwah sebagai media dakwahnya cenderung lebih disukai masyarakat. Keberadaan saluran ini menurut Adeni dan Andi Faisal Bakti (2020: 207–208), sejalan dengan Islam yang rahmatan lil alamiin, dakwah mampu melintasi ruang dan waktu tanpa batas.

Media baru yang hadir dengan media sosial sebagai turunannya menghasilkan ragam informasi yang lebih komplek. Muncul berbagai situs online yang menggunakan nama agama. Bahkan, Media sosial juga banyak menghadirkan praktik serupa. Banyak konten-konten keagamaan yang muncul lewat media sosial.

Kondisi ini dimanfaatkan oleh khalayak dalam mencari informasi keagamaan. Ketika internet belum muncul, khalayak mencari rujukan lewat pemuga agama (da’i) dan rujukan kitab suci. Hal ini sangat berbeda dengan praktik ketika internet sudah berkembang. ada perubahan secara radikal dalam praktik keagamaan pada beberapa masyarakat. Khalayak lebih suka mencari informasi keagamaan melalui media sosial yang ada. Ada semacam hubungan (relasi) timbal balik antar media dan masyarakat agama.