Menari dalam Hujan
hujan kembali hadir
bersama desau angin yang menerbangkan
daun-daun kering sisa kemarau
di bawah jati yang belum tunai bertunas
bangku kayu tetap tegar meski berbilang musim
membuatnya kuyup oleh rindu dan mengering kecewa
berulang
seperti setiap harapan yang kita semai berulang dengan tetes-tetes doa
pada kemarau yang tak kunjung
usai
Januari, 2024
Palestina, Apa yang Aku Bisa?
Palestina,
Doa apa yang pantas aku langitkan untukmu?
Sedang doamu lebih khusuk dari doaku
Dan alir zikir tak pernah terputus dari lisanmu
Meski serpihan roket telah merobek bibir dan rahang
Palestina,
Apa yang bisa aku banggakan dari selembar merah seratus ribuan
Yang kumasukkan pada kotak amal untukmu
Sedang bagimu tubuhpun rela tercerai berai pada tiap petak penjaga
Kokohnya Al Aqsa
Apa yang harus aku tulis tentangmu, Palestina?
Sebab darahmu telah menulis sempurna tanpa metafora
Tentang kebinatangan manusia
Ngrambe, Oktober 2023
Hutan Kota
memberi kami napas
dalam pekat aneka asap
cerobong pabrik juga knalpot
memberi kami sejuk
pada terik yang menerobos
di antara aneka kabel
dan lengan-lengan yang mencakar langit
sejatinya adalah paru-paru
yang menjaga jantung kota tetap berdenyut
dengan jelaga pada nadinya
RK, 22 Januari 2024
Keinginan Seorang Bocah untuk Gaza
Aku ingin menjadi burung dan terbang ke Gaza
Burung kecil Abaabil yang kuat mencengkeram
Batu-batu berpanas tinggi dari jahanam
Akan kujatuhkan batu-batu itu ke tubuh-tubuh baja dan besi milik Israil
Hingga meleleh seperti gajah gajah Abrahah
Yang tak sempat meruntuhkan Ka’bah
Aku ingin menjadi burung kecil Abaabil dengan janji
Tak akan kujatuhkan batu batu berpanas tinggi dari jahanam yang kucengkeram
Pada rumah-rumah dengan bayi-bayi dan tetua rapuh
Juga tidak pada sekolah-sekolah yang mengajarkan kidung-kidung ratapan
Pun tidak pada gedung-gedung bercat putih dengan orang sakit
Karena aku percaya
Teman-temanku di Gaza memiliki tabah seluas laut yang dibelah Musa
Dan membenci Fir’aun pembunuh segala penentang
Untuk kawan-kawan kecilku penjaga Al Aqsa
Aku hanya ingin menjadi burung kecil Abaabil
Seperti yang dikirim Tuhan untuk kakek sang penjaga Ka’bah
November 2023
Udi Hariati, lahir di kota Nganjuk pada tahun 1972. Mulai 1997 hingga sekarang menjadi guru biologi di SMAN 1 Ngrambe serta mukim di Ngrambe Kabupaten Ngawi dekat tempatnya mengajar.
Menyukai bacaan dan senang belajar menulis puisi sejak September 2020. Beberapa karya puisinya lolos dalam event-event antologi puisi yang dikurasi.
Menjaga semangat menulisnya yang lebih sering meredup karena kesibukan dengan cara mengikuti beberapa Grup Komunitas Penulis: Competer, Kepul, AIS, Ruang Kata, dan Genitri. Dapat disapa di Ig suudhariati, Facebook Udi Hari Ati