TOKO BUKU
Dekat menara kudus
Bangunan tua berdiri gagah
Toko dan warung kecil
berjejer rapi.
Mataku tertuju di bangunan
dengan nama plang Mubarokatan Toyyibah.
Pukul 10.00 WIB
Terik matahari menyengat di luar
dari balik kaca. Aku melihat
sepasang becak terparkir
“Sedari menunggu penumpang.”
Mubarokatan Toyyibah
bangunan lama. Di desain
dua lantai. Satu pintu
keluar masuk.
Pukul 10.00 lebih dalam toko buku;
Aku memandangi orang
berlalu lalang.
Sedari melihat-lihat
buku puisi; Joko Pinurbo,
Mutia sukma, Usman Arummy.
Kasir menghampiriku
“Cari buku apa mas?”
Aku tidak mencari buku mas,
Aku hanya ingin menulis puisi di toko buku ini. Celotehku.
Oke terimakasih.
“Dasar Penyair.” Celotehnya kecil.
(2022)
IBU SEDANG SAKIT; DI RUMAH
Ia terdiam sendiri di dalam kamar
berbalut selimut dan menutup mata.
Katanya;
“Untuk menikmati rasa sakit.”
Hari-hari telah memaksa
ia untuk berdiam.
Di dalam kamar;
Yang bersebelahan dengan almari
sampingnya meja kecil
diatasnya air hangat, teh dan lontong sayur.
Kata anak perempuannya
“Silahkan dimakan, semoga lekas sembuh ibu.”
(2022)
17: 21
Pukul 17:21
angin di rumah
masuk perlahan
melewati lorong
lorong jendela.
“Aku melihat anak-anak
bermain di pelataran
di depan rumah, berdekatan
dengan taman mini, yang
di tumbuhi bunga-bunga.”
17:21
Burung-burung pulang.
Melintas di atas langit senja
bersama angin pulang.
Langit pun melepaskan senja perlahan.
“Mungkin lain waktu kita akan bertemu lagi.”
Ikhlaskan yang pergi di hari ini,
Semoga besok ada ganti.
(2022)
Ilham Wiji Pradana; Lahir dan berkarya di Pati, Jawa Tengah. Alumnus IAIN Kudus. Penulis buku puisi “Dalam Satu Ruang Kehidupan.”