Scroll untuk baca artikel
Edukasi

5 Cara Perusahaan Mengurangi Beban Ganda Ibu Pekerja

Redaksi
×

5 Cara Perusahaan Mengurangi Beban Ganda Ibu Pekerja

Sebarkan artikel ini

Selama pandemi, beban ganda ibu pekerja meningkat tiga kali lipat. Kemungkinan besar, itu terjadi karena mereka harus melakukan sebagian besar pekerjaan rumah dan pengasuhan daripada ayah.

BARISAN.CO – Beban ganda adalah beban kerja orang-orang yang bekerja untuk mendapatkan gaji, tetapi juga bertanggung jawab atas sejumlah besar pekerjaan rumah tangga yang tidak dibayar. Sebelum pandemi, ibu pekerja memiliki ambisi karir yang sama dengan perempuan lain. Istilah ini diciptakan oleh Arlie Hochchild.

Sebuah laporan McKinsey tahun 2021 menemukan, selama pandemi, beban ganda ibu pekerja meningkat tiga kali lipat. Kemungkinan besar, itu terjadi karena mereka harus melakukan sebagian besar pekerjaan rumah dan pengasuhan daripada ayah.

Dalam laporan itu, tantangan kesehatan mental dan kelelahan muncul sebagai masalah signifikan bagi semua pekerja selama pandemi. Secara global, McKinsey mengungkapkan, di negara maju dan berkembang, ibu lebih mungkin berjibaku dengan masalah kesehatan mental daripada ayah.

Selama pandemi juga, beban ganda ibu pekerja cenderung tidak diakui untuk waktu yang telah dihabiskannya. Lebih dari 70% ayah berpikir, mereka membagi pekerjaan rumah tangga secara setara dengn pasangannya, namun hanya 44% ibu menyetujuinya.

Tantangan terbesar yang dihadapi oleh setiap ibu bekerja adalah rasa bersalah karena meninggalkan anak, lebih sedikit waktu yang dihabiskan bersama, serta kurangnya momen menjadi ibu. Rasa bersalah ini kemudian membuat ibu bekerja menempatkan dirinya pada urutan terakhir.

Mereka tidak hanya panutan bagi perempuan lain, namun juga anak-anaknya dan generasi muda.

Selama krisis, para ibu menghadapi beban yang lebih banyak. Oleh karena itu, perusahaan bisa membantu mereka, dengan 5 cara berikut;

  1. Bantu ibu tetap bekerja. Untuk memulainya, perusahaan harus memastikan, ibu pekerja mendapatkan dukungan yang dibutuhkan, terutama yang berkaitan dengan pengasuhan anak, fleksibilitas kehidupan kerja, serta tinjauan kinerja.
  2. Kebijakan dan program terkait pengasuhan anak. Perusahaan dapat menerapkan kebijakan yang dirancang untuk mengurangi beban tidak merata, termasuk peningkatan dukungan pengasuhan anak dan program terkait lainnya. Misalnya dengan mensubsidi penitipan anak agar pendapatan keluarga tidak terlalu terbebani dan ibu tetap dapat bekerja dengan baik.
  3. Kesetaraan upah. Kesenjangan upah gender ini harus diperbaiki. Tak ada alasan untuk menundanya apalagi menolak.
  4. Normalisasi cuti ayah. Di seluruh dunia, 90 dari 187 negara menawarkan cuti ayah berbayar yang dilegalkan oleh undang-undang. Saat ini, di Indonesia sendiri sedang digodog RUU KIA. Dalam RUU tersebut, cuti ayah maksimal 40 hari untuk mendampingi istri setelah melahirkan.
  5. Memberikan dukungan kesehatan mental. Pemimpin bisa memulai dengan mendiskusikan kesehatan mental dan mencarikan dukungan serta sumber daya kepada mereka agar para ibu dapat tetap bekerja dengan nyaman dan aman.

Perusahaan bisa memulainya. Sehingga, tidak ada lagi kekhawatiran para ibu untuk mundur dari pekerjaannya karena lingkungan perusahaan yang tidak sehat bagi mereka. Terlebih, kekhawatiran akan dipecat setelah melahirkan. [rif]