Beberapa menerima dengan tangan terbuka. Sementara, yang lain memandang menantunya sebagai ancaman, seseorang yang akan mencuri putra atau putri kesayangan mereka.
BARISAN.CO – Banyak anggapan bahwa menikahi seseorang berarti menikahi keluarganya pula. Namun begitu, menjalin hubungan dengan mertua bisa menjadi rumit dan dinamikanya bervariasi dari satu keluarga ke keluarga lainnya.
Beberapa menerima dengan tangan terbuka. Sementara, yang lain memandang menantunya sebagai ancaman, seseorang yang akan mencuri putra atau putri kesayangan mereka.
Maka, memasuki tahun-tahun pertama pernikahan, tak hanya harus beradaptasi dengan kehidupan baru bersama pasangan, namun juga menyesuaikan diri dan membangun hubungan baik dengan anggota keluarganya yang lain, terutama orang tuanya yang kini telah menjadi mertua. Inilah yang memicu drama antara menantu dan mertua.
Sebuah survei dari Jakpat, “Banyak pasangan yang sudah menikah enggan tinggal serumah dengan mertuanya” menemukan 87,5% orang lebih memilih mengontrak atau ngekokos daripada harus serumah dengan mertuanya. Sedangkan 12,5% sisanya justru lebih memilih tinggal dengan mertuanya.
Survei yang dirilis pada 20 Desember 2022 itu membeberkan berbagai alasannya adalah lebih mengutamakan privasi (64,3%), menghindar konflik (64,2%), lebih bebas (58,4%), dan menghindari intervensi mertua (40,5%).
Lalu, bagaimana menghindari drama menantu dan mertua apabila tinggal bersama? Mengutip Women’s Web, berikut caranya.
- Berhenti menjadi sempurna
Salah satu kesalahan terbesar penganti baru adalah memaksakan diri terlalu keras menuju kesempurnaan di depan mertua.
Perlu dipahami, kesempurnaan hanyalah mitos. Jadi, berhentilah terlalu keras pada diri sendiri. Jika terus memaksa, kita akan kehabisan tenaga dan lelah secara mental. Sehingga, jangan pernah mencoba menajdi sempurna agar mertua juga belajar menerima kita apa adanya.
- Tetapkan batasan
Menetapkan batasan sangan penting jika kita tinggal bersama mertua. Tanpa menetapkannya di hari pertama, kita secara sukarela memberikan akses tidak terbatas terhadap hidup kita.
Dengan batasan ini juga akan membantu menjaga jarak yang sehar. Tanpa ini, kita tidak hanya akan merusak kedamaian diri sendiri, namun juga tidak ada yang akan menghargai ketenangan pikiran anggota keluarga mana pun yang tinggal bersama kita.
- Bersikap tegas
Ketegasan bukan berarti mengabaikan orang lain, namun menunjukkan kepercayaan diri.
Ini lebih kepada menghargai kepercayaan dan sistem nilai diri sendiri. Ingatlah, kita tidak dapat bisa seumr hidup dengan bersikap lemah lembut dan pendiam.
- Jangan memulai perkelahian
Biasanya, perkelahian dimulai dengan mencari kesalahan orang lain. Pastikan sebelum melakukannya, kita telah memikirkan akibatnya kelak.
Jika ada masalah, bicarakan baik-baik. Hindari mencucuk hidung orang lain yang memicu perkelahian. Keluarga yang menyelesaikan masalah dengan baik-baik cenderung lebih bahagia.
- Belajar ikhlas
Cara ini memungkinkan menjaga ketenangan pikiran. Ikhlas bukan berarti kita lemah. Namun, ini bentuk kekuatan sebagai individu.
Baik itu situasi atau saat menghadapi orang, belajarlah untuk melepaskan dengan mudah. Percayalah, hidup kita akan menjadi jauh lebih bahagia dan pikiran kita akan jauh lebih tenang.
- Tunjukkan rasa hormat
Bersikap hormat bukan berarti kita menjadi tunduk. Bersikap hormat berarti tetap sopan dan menghargai orang lain.
Sikap ini akan mengarah ke rumah yang lebih bahagia. Ingatlah, kebahagiaan itu amat berharga.
- Jangan berkorban
Menyerah pada keinginan terdalam dari diri sendiri akan merugikan kita. OLeh karenanya, belajar untuk menyesuaikan diri, bukan berkorban.
Jika ada yang berharap kita mengorbankan apa pun yang kita sukai, duduklah bersama mereka dan beri tahu bahwa sangat brutal mengharapkan orang melakukannya.
- Jangan minta persetujuan orang lain
Menghormati mertua bukan berarti kita harus meminta persetujuannya untuk melakukan hal yang kita inginkan.