Scroll untuk baca artikel
Terkini

Sapa Kowe Cara Seniman Refleksi Kemerdekaan di Era Pandemi Covid-19

Redaksi
×

Sapa Kowe Cara Seniman Refleksi Kemerdekaan di Era Pandemi Covid-19

Sebarkan artikel ini

Barisan.co – Ada yang berbeda di markas Komunitas Kaligawe (KoWe), kumpulan seniman kota Semarang ini meluncurkan program Sapa Kowe. Program live streaming melalui channel YouTube dan Facebook. Alasan mendasar di Semarang masih memberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM), sehingga aktifitas kesenian perlu model daring atau virtual.

Namun demikian tidak membuat para seniman berpangku tangan. Melainkan membangun kreatifitas  dan tetap berkarya melalui program dialog serius tapi santai. Program Sapa Kowe memiliki arti Komunitas Kaligawe Menyapa.

Edisi perdana Sapa Kowe mengangkat tema Refleksi Kemerdekaan di Era Pandemi Covid-19. Bulan agustus merupakan bulan kemerdekaan, sehingga KoWe turut andil memperingatah HUT Ke-75 RI, Sabtu (8/8/2020) malam.

Acara dibuka gesekan biolo Tundung Klavierra dan disusul dengan pembacaan puisi Chotrex Tri Budiyanto. Bung Sergio selaku host membuka acara dengan ucapan salam Sapa Kowe.

Presiden Hari Esok dan pimpinan Komunitas Kaligawe Teha Edy Djohar mengatakan semestinya bangsa Indonesia menggunakan momentum agustus untuk membangun. Artinya kemerdekaan ini tidak sebegitu saja diberikan bangsa lain.

“Bahkan penguasa bisa saja menjajah rakyat. Tapi persoalannya, bagaimana kita bersama-bersama dengan hati nurani benar-benar membangun,” tutur Teha

Dialog kemerdekaan semakin menarik lantaran segelas kopi dan berbagai macam hidangan seperti kacang, mete, lumpia, roti, nogosari turut menghiasi acara. Apalagi bendera merah putih berkibar menjadi hiasan malam kemerdekaan Sapa Kowe.

Teha Edy Djohar menyampaikan jangan kita menggunakan aji mumpung. Mumpung kita jadi penguasa lalu menindas, seenaknya saja membuat kebijakan.

“17 Agustus biasanya identik dengan mengecat tembok atau gapura. Ngecat gapura itu bagus, tapi alangkah baiknya kita mengecat hati kita untuk menjadi lebih baik,” ucap Teha yang saat ini bergelut di bidang perikanan

Tundung Klavierra memainkan biola dan Chotrex Tri Budiyanto membacakan puisi

Sementara itu, Lusiana Maulid Ndalu menyatakan kalau sekarang ini terjadi pro dan kontra dalam penanganan Covid-19. Kepedulian dan kesadaran masyarakat yang kurang tepat, penutupan gang-gang dibeberapa perkampungan hingga ke hal yang remeh temeh.

“Terkait dengan Covid-19 antara percaya dan tidak. Contohnya di kampung saya tetap biasa saja. Anak-anak bermain layang-layan dan bersepeda dari pagi hingga sore. Ini bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah yang diharapkan sesuai protokol kesehatan,” tutur Maulid jebolan Aktor Studio pimpinan Djawahir Muhammad.

Begitu juga dengan Penyair Chotrex menyatakan dalam masa pandemi ini kita harus percaya diri sendiri. Meyakini bahwa kita bisa membangun diri kita sendiri dan untuk kesejahteraan diri kita sendiri.

Menutup acara Sergio mengharapkan para pemirsa untuk tetap penasaran. Program Sapa Kowe akan tetap hadir dengan tema-tema cerdas dan membangun.

Penulis: Lukni

Video selengkapnya: