Energi baru dan energi terbarukan memiliki konsep keberlanjutan atau sustainability.
BARISAN.CO – Seminar Nasional digelar Lembaga Gerakan Muda Pembaruan Melayu Riau (GM-PAMRI) dengan tema “Tantangan dan Prospektif Pengembangan Bioenergi di Indonesia” dan dibuka langsung Gubernur Riau dalam hal ini di wakili Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum dan Sumber Daya Manusia Yurnalis Basri.
Acara seminar tersebut bertempat di Balai Rumah Dinas Bupati Kampar, pada Rabu (15/3/2023)
Dalam sambutannya, Gubernur Riau menyampaikan bahwa energi sekarang ini merupakan termasuk kebutuhan primer, sebab setiap aspek selalu berkaitan dengan energi. Hal ini mempengaruhi kebutuhan energi yang selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya.
“Konsumsi energi fosil indonesia pada tahun 2021 sebesar 909,24 juta barel setara minyak Barrel Oil Equivalent (BOE). Hal ini berbanding terbalik dengan produksi energi fosil saat ini. Di sektor migas, realisasi produksi minyak Indonesia pada 2021 rata-rata mencapai 660.000 BOPD (Barrel Oil Per Day) dari target APBN yang sebesar 705.000 BOPD, sedangkan produksi migas di Riau sebesar 181.000 BOPD.
Stok energi fosil yang terus berkurang, baik dari segi produksi maupun dari segi penemuan cadangan baru, juga diperparah dengan fluktuasi harga minyak dunia, sehingga berdampak bagi kondisi ekonomi dan sosial masyarakat. Terobosan baru terus diusahakan oleh Pemerintah agar pemanfaatan energi secara maksimal dengan harga yang terjangkau atau energi berkeadilan dapat dirasakan oleh rakyat.
Trend energi baru dan energi terbarukan (EBET) semakin meningkat. Hal ini didasari oleh energi baru dan energi terbarukan memiliki konsep keberlanjutan atau sustainability. Namun, perkembangan ini harus mempertimbangkan aspek yang berkaitan dengan keekonomian, sistem dan kebijakan energi suatu daerah atau dinamakan transisi energi,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua GM PAMRI Junaidi dalam laporannya menyampaikan bahwa seminar nasional tantangan dan prospektif pengembangan bioenergi merupakan konsep percepatan transisi bioenergi menjadi secara global di tengah krisis bahan bakar fosil digantikan ke pemanfaatan energi baru atau terbarukan.
Dalam seminar nasional ini kita harapkan dapat memperoleh informasi terkait pengadaan bioenergi, sehingga kebutuhan masyarakat akan bahan bakar nabati untuk aktifitas kehidupan ada kepastian dengan harga yang terjangkau.
Anggota Ombudsman, Hery Susanto hadir sebagai keynote speaker menyampaikan bahwa RUU EBET akan di selesaikan pembahasan oleh DPR Ri pada Juni tahun 2023, disini akan diatur mulai dari hulu sampai ke hilir.
“Mudah mudahan Juni tahun 2023 ini bisa terealisasi dan sah menjadi UU oleh DPR RI,” jelasnya
Ia menambahkan, sehingga ada kepastian pengelolaaan bioenergi terutama bio diesel, serta peran masing – masing dari daerah penghasil sawit.
Kemudian sistem peremajaannya sampai pengelolaan bio diesel oleh pertamina saling bersinergi dalam mendukung pengadaan bio diesel secara nasional,” kata Hery.
Selanjutnya, Meta Tri Jayanthy, senior analyst non hydrocarbon commercial development, yang mewakili direktur pertamina menyampaikan bahwa pengadaan biofuel ini, masih banyak kendalanya yakni masih keterbatasan teknologi, serta pabrik biofuel masih terbatas untuk dilakukan pengadaan secara nasional
Kemudian biofuel lebih tinggi dari pada bahan bakar fosil, Dan juga masih keterbatasan teknologi, serta pabrik biofuel masih terbatas karna biaya tinggi.
“Mulai dari ketersedian bahan baku yang tidak ada kepastian, harga bahan baku yang cukup tinggi sehingga menyebabkan pihak pertamina masih mengkaji untuk pengadaan biofuel itu secara masal.