Apa sebab digital marketing politik perlu dioptimalkan? Jawabnya karena sangat relevan dengan gaya hidup berinternet masyarakat Indonesia.
Oleh: Imam Trikarsohadi
(Dewan Pakar Pusat Kajian Manajemen Strategik)
PILKADA serentak 2024 di depan mata. Para kandidat yang akan ikut serta dalam pesta politik tersebut sedang sibuk menggenapi kursi pengusungan dari koalisi parpol dan mencari pasangan calon.
Mereka juga giat melakukan berbagai persiapan untuk meraup suara sebanyak-banyaknya, termasuk melalui digital political marketing.
Apa boleh buat, penggunaan digital marketing communication yang tendensinya semakin menguat menguat dari waktu ke waktu.
Penelitian oleh The University of Michigan menunjukkan bahwa politisi Indonesia semakin mengandalkan media sosial untuk berkomunikasi dengan pemilih.
Penelitian tersebut menemukan bahwa politisi Indonesia menggunakan media sosial untuk mempromosikan agenda mereka, membangun hubungan dengan pemilih, dan mengumpulkan data pemilih.
Penelitian oleh berbagai perguruan tinggi dan lembaga survey juga mengindikasikan hal yang sama bahwa media sosial menjadi platform yang paling penting bagi politisi Indonesia untuk berkomunikasi dengan pemilih.
Dari pelbagai penilitian tersebut dapat dikupas fakta bahwa bahwa 90 persen politisi Indonesia menggunakan media sosial untuk kampanye, dan 85 persen pemilih Indonesia menggunakan media sosial untuk mencari informasi tentang politisi.
Jika pada tahun 2019, politisi Indonesia hanya menghasilkan 10 juta interaksi di media sosial, maka pada tahun 2024, angka tersebut meningkat menjadi 100 juta interaksi.
Data-data tersebut menunjukkan bahwa digital marketing communication telah menjadi bagian penting dari strategi komunikasi politik di Indonesia. Dengan memanfaatkan digital marketing communication secara efektif, politisi Indonesia dapat meningkatkan peluang mereka untuk memenangkan kontetasi.
Fakta – fakta tersebut menguatkan persepsi bahwa penggunaan digital marketing communications saat ini telah mengubah cara orang mengonsumsi informasi dan berinteraksi dengan kandidat.
Hal ini menuntut para tim sukses untuk menyesuaikan strategi mereka agar dapat menjangkau dan melibatkan audiens yang semakin sadar akan teknologi.
Secara teknis, dalam konteks Pilkada serantak 2024, isu-isu tersebut dapat menjadi peluang bagi para kandidat untuk menjangkau dan melibatkan pemilih.
Para kandidat dapat menggunakan media sosial untuk membangun hubungan dengan pemilih, membagikan konten yang relevan dan menarik, serta berinteraksi secara langsung dengan pemilih.
Pemilih usia muda 17 – 40 tahun, menjadi sasaran perebutan kontestasi politik. Di era transformasi digital ini, pemilih usia tersebut kecenderungan aktivitasnya tidak lepas dari gawai, internet dan media sosial.
Berdasarkan data DP4 (Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu) dari pemerintah proporsi pemilih 2024, pemilih berusia 17-39 tahun berkisar antara 55 sampai 60 persen. Secara teoritis, pemilih tersebut disebut Gen Y dan Z sebagai generasi Milenial.
Para kandidat harus mampu menangkap momentum tersebut dengan membidik strategi pemasaran kampanye politik melalui media-media digital.
Melalui pemasaran konten, para kandidat dapat membuat pesan yang berkualitas untuk membangun kepercayaan dan kredibilitas dengan pemilih. Konten tersebut dapat berupa video, artikel, atau podcast.
Ringkasnya, peningkatan penggunaan pemasaran seluler wajib dioptimalkan karena akan membuat para kandidat dapat menyesuaikan strategi kampanye guna menjangkau pemilih yang menggunakan perangkat seluler. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat kampanye yang dapat diakses melalui perangkat seluler.
Apa sebab digital marketing politik perlu dioptimalkan? Jawabnya karena sangat relevan dengan gaya hidup berinternet masyarakat Indonesia.