Scroll untuk baca artikel
Kolom

Ritual Kungkum Malam 1 Suro di Tugu Suharto: Parodi Spiritualitas bagi Generasi Z

Redaksi
×

Ritual Kungkum Malam 1 Suro di Tugu Suharto: Parodi Spiritualitas bagi Generasi Z

Sebarkan artikel ini
Ritual Kungkum Malam 1 Suro di Tugu Suharto
Ritual Kungkum Malam 1 Suro di Tugu Suharto

Bagi anak muda hari ini, spiritualitas tidak harus hening — bisa saja tampil nyentrik, penuh filter, dan viral di media sosial.

MALAM 1 Suro di Tugu Suharto, Sampangan Semarang, merupakan momen yang sakral bagi sebagian orang dan menjadi ajang yang berbeda. Ritual Kungkum, yang biasanya dilakukan untuk membersihkan diri mencari ketenangan spiritual, kali ini menjadi cerminan bagaimana Generasi Z memandang spiritualitas dan kreativitas.

Tugu Suharto, nama sebuah monumen yang didedikasikan untuk mantan presiden Indonesia Soeharto, menjadi latar unik untuk ritual pada malam 1 Suro.

Namun bagi Generasi Z, tempat ini mungkin bukan hanya tentang sejarah atau politik, tetapi juga tentang kesempatan untuk mengambil konten yang menarik dan berbeda.

Bagi Generasi Z, Ritual Kungkum Malam 1 Suro di Tugu Suharto lebih tentang bagaimana menciptakan konten yang menarik dan kreatif.

Mereka melihat ritual ini sebagai kesempatan untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan kreativitas melalui foto, video, atau tulisan yang dibagikan di media sosial. Makna spiritual di balik ritual ini mungkin menjadi prioritas kedua.

Alhasil, ritual Kungkum ini menjadi parodi spiritualitas karena dilakukan dengan cara yang tidak biasa. Orang-orang yang melakukan ritual ini tidak hanya mencari ketenangan spiritual, tetapi juga ingin menunjukkan kreativitas mereka sebagai konten konsumsi media sosial.

Boleh dibilang, ritual ini lebih tentang bagaimana mereka dapat membagikan pengalaman dengan cara yang kreatif, daripada makna spiritual di balik ritual itu sendiri.

Dengan demikian, Ritual Kungkum Malam 1 Suro di Tugu Suharto menjadi cerminan bagaimana Generasi Z memandang spiritualitas dan kreativitas dalam era digital ini. [Lusi Maulid Ndalu]