Scroll untuk baca artikel
Kolom

Ali Khamenei: Arjuna dari Teheran

×

Ali Khamenei: Arjuna dari Teheran

Sebarkan artikel ini
Arjuna dari Teheran Ayatullah Imam Sayyid Ali Khamenei
Ali Khamenei

Iran dalam kisah modern tampil layaknya Kerajaan Matsya yang kecil namun teguh, dikepung oleh koalisi besar seperti Israel, Amerika Serikat, dan sekutu-sekutunya.

VIRATA Parva adalah kisah bagian keempat dari epos Mahabharata, yang menggambarkan tahun ke-13 pengasingan Pandawa.

Para Pandawa harus hidup dalam penyamaran dan tidak boleh dikenali siapa pun. Jika mereka dikenali, mereka harus mengulangi masa pengasingan selama 12 tahun dari awal.

Hal serupa dialami oleh Iran, yang selama puluhan tahun dijatuhi embargo ekonomi, teknologi, dan militer oleh negara-negara barat, khususnya Amerika Serikat.

Embargo ini telah membatasi Iran dari akses global, namun sekaligus mendorong kemandirian nasional, baik dalam teknologi nuklir, militer, hingga produksi dalam negeri.

Iran berdiri seperti Kerajaan Matsya dalam epos Mahabharata; dikepung, diancam, namun tak gentar.

Menghadapi tekanan dari banyak arah: Israel, Amerika Serikat, dan sekutu-sekutunya, membentuk koalisi besar layaknya pasukan Kurawa yang menggempur kerajaan kecil tempat Pandawa bersembunyi.

Namun, sebagaimana Arjuna yang bangkit dari penyamaran dalam Virata Parva, pemimpin tertinggi Iran tampil sebagai simbol kekuatan.

Ia membuka kembali gudang senjata strategis dan kemampuan pertahanan canggih yang telah lama disiapkan.

Sebagaimana Arjuna yang menyimpan Gandiva dan panah ilahiah Divyastra, dalam tabung dan digantung di atas pohon Sham.

Senjata andalannya adalah kekuatan ilahiah (Divyastra) modern: teknologi rudal jarak jauh, drone tempur, dan yang paling ditakuti dunia potensi senjata nuklir, atau dalam narasi epik, disebut sebagai Brahmastra.

Brahmastra, dalam Mahabharata, adalah senjata yang mampu membakar wilayah luas dan menghancurkan kota serta ribuan pasukan dalam sekejap.

Di era kini, senjata itu diterjemahkan sebagai kekuatan nuklir maupun pemusnah massal, yang efeknya bisa melampaui batas-batas negara dan mengubah arah sejarah dunia.

Arjuna dalam wujud pemimpin Iran tidak tinggal diam ketika tanah airnya digempur, fasilitas nuklirnya diserang, dan kedaulatannya dipertanyakan.

Ia berdiri sendiri menghadapi tekanan koalisi Kurawa modern Israel, Amerika, dan aliansi militer mereka.

Dalam pertempuran tak seimbang, ia memilih untuk melawan, bukan hanya dengan senjata, tetapi dengan diplomasi, strategi pertahanan berlapis, dan kesiapan penuh untuk merespons setiap pelanggaran.

Seperti Arjuna yang mengalahkan para mahayodha Kurawa dalam satu hari pertempuran di Matsya.

Iran menunjukkan bahwa kekuatan tidak selalu bergantung pada jumlah atau aliansi, melainkan pada kesiapan, keteguhan, dan tekad untuk mempertahankan tanah air. []