Khazanah

Cara Menjaga Hati Menurut Imam Al-Ghazali, Sungguh Allah Tidak Melihat Fisik dan Harta Kalian

Lukni Maulana
×

Cara Menjaga Hati Menurut Imam Al-Ghazali, Sungguh Allah Tidak Melihat Fisik dan Harta Kalian

Sebarkan artikel ini
cara menjaga hati
Ilustrasi foto: Pexels.com/Rahul Pandit

Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan harta kalian tapi ia melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)

BARISAN.CO – Menjaga hati merupakan prinsip dan hakikat yang penting dalam ajaran Islam, sehingga menjaganya merupakan kewajiban setiap muslim. Salah satu cara untuk menjaga hati adalah dengan menghindari perbuatan dan pikiran negatif, serta memperbanyak amalan-amalan yang mendekatkan diri kepada Allah.

Selain itu juga untuk senantiasa memohon perlindungan dari Allah agar hati tidak terkontaminasi oleh penyakit-penyakit spiritual seperti hasad, dengki, dan kebencian. Begitu pula dalam pergaulan, pentingnya memilih lingkungan yang baik dan memperbanyak pergaulan dengan orang-orang yang dapat memberikan pengaruh positif.

Bergaul dengan orang-orang yang taat kepada Allah dan memiliki akhlak yang mulia akan membantu menjaga kebersihan hati serta memperkuat iman.

Membaca dan merenungkan ayat-ayat Al-Quran juga merupakan cara yang sangat efektif untuk menjaga hati, karena Al-Quran adalah sumber petunjuk dan cahaya bagi manusia. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam, seseorang dapat memelihara kebersihan hati dan memperoleh ketenangan jiwa yang dijanjikan oleh Allah Swt.

Imam Al-Ghazali berpesan dalam kitab Minhaajul Aabidiin untuk memperbaiki dan menjaga hati, sebab hati merupakan bagian tubuh manusia yang paling besar bahayanya, paling kompleks dampaknya, paling halus masalahnya, paling berat dierbaiki dan paling rumit keadaannya.

Ada beberapa prinsip untuk memperbaiki hati, yang bila diikuti dengan baik maka insyallah hatimu akan menjadi lebih baik. Adapun kelima prinsip tersebut yakni:

Pertama, menjaga pandangan. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surah Al-Mu’min ayat 19

يَعْلَمُ خَآئِنَةَ ٱلْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِى ٱلصُّدُورُ

Artinya: “Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (QS. Al-Mu’min: 19).

Selain itu Allah Swt berfirman dalam Surah Al-Ahzab ayat 51 dan Al-Anfal ayat 43:

 وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِى قُلُوبِكُمْ ۚ

Artinya: “Dan Allah mengetahui apa yang tersimpan dalam hatimu.” (QS. Al-Ahzab: 51).

إِنَّهُۥ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ

Artinnya: “Sesungguhnya Allah maha mengatahui segala isi hati.” (QS. Al-Anfal: 43).

Persoalan hati senantiasa menjadi masalah yang disebut secara berulang-ulang di dalam Al-Quran. Allah Swt mengetahui seluruh isi dan rahasia hati setiap hamba-Nya.

Maka, cukuplah itu sebagai peringatan dan ancaman bagi para hamba pilihan-Nya. Engkau mestinya malu kepada Allah Swt, atas dorongan hati buruk yang engkau simpan dalam dadamu, sebab Allah Swt mengetahui semuanya.

Kedua, Meliat yang tersimpan dalam lubuk hati

 إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan harta kalian tapi ia melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim).

Jadi hati merupakan pusat perhatian Allah Swt. Maka mengherankan kalau orang lebih suka merawat dan memperhatikan wajahnya agar diperhatikan orang lain, sampai-sampai ia memoles mukanya, membersihkannya dari kotoran dan menghiasinya sebagus mungkin, agar makhluk tidak melihat kekuarangan yang ada padanya.

Namun, ia tidak memperhatikan hatinya, yang menjadi sasaran pandangan Allah Swt. Ia tidak mau membersihkan hatinya itu dari kotoran yang menempel, serta menghiasidan memberikan wewangian, agar Allah Swt tidak melihat hatimu dalam keadaan kotor, buruk maupun penuh aib.