Edukasi

Qolbun Salim, Hati yang Selamat 

Lukni Maulana
×

Qolbun Salim, Hati yang Selamat 

Sebarkan artikel ini
Qolbun Salim
Ilustrasi foto: Pexels.com/Zeliha Sakarya

“Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (QS. Al-Isra: 72).

BARISAN.CO – Qolbun Salim merupakan istilah bahasa Arab yang secara harfiah diartikan sebagai hati yang suci atau hati yang selamat.

Dalam konteks spiritual merujuk pada hati yang bersih dari penyakit spiritual seperti iri, dengki, hasud maupun tidak jujur. Hati yang demikian memiliki keadaan yang bersih, tulus, dan murni dalam iman dan ibadahnya kepada Allah Swt.

Qolbun salim menjadi tujuan spiritual bagi seorang hamba, yang ingin mendapatkan jiwa yang tenang atau jiwa mutmainah. Sebab hati yang bersih dan suci adalah kunci untuk mendapatkan keberkahan, ketenangan, dan kesucian dalam kehidupan rohaniah.

Dengan menjaga kebersihan hati dan mengisiannya dengan kebajikan, seorang Muslim diharapkan dapat mencapai derajat spiritual yang lebih tinggi dalam ibadah dan ketaatan kepada Allah.

Inilah refleksi dari kekuatan emosional dan kebahagiaan mental seorang hamba. Ia adalah tempat di mana cinta, kedamaian, dan keberanian bersemayam, terlindungi dari beban berlebihan dan tekanan yang berlebihan.

Hati yang selamat mampu mengatasi tantangan hidup dengan bijak, menerima kegagalan sebagai bagian dari pertumbuhan, dan merayakan keberhasilan dengan rendah hati. Ia mampu menjalin hubungan yang sehat dengan orang-orang di sekitarnya, memancarkan kebaikan, dan menerima kasih sayang dengan tulus.

Seiring dengan itu, hati yang selamat juga mengerti pentingnya dirawat dan dijaga dengan baik, karena keseimbangan internal adalah kunci bagi kebahagiaan dan kepuasan hidup. Hati memiliki mati hati yang disebut bashirah, sehingga untuk mendapatkan hati yang selamat harus membuka mata hati.

Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surah Al-Isra ayat 72:

وَمَن كَانَ فِى هَٰذِهِۦٓ أَعْمَىٰ فَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ أَعْمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلًا

“Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (QS. Al-Isra: 72).

Sungguh malang bagi seorang hamba yang dibutakan mata hatinya oleh dunia, sehingga apa yang diharapkan untuk mendapatkan qolbun salim tidak dapat terpenuhi. Butanya mata hati sebagaimana pesan Syekh Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam:

اِجْتِهادُكَ فيمَا ضُمنَ لكَ وتقـْصِيرُكَ فيماَ طُلبَ منكَ دَلِيلٌ على انطِماسِ البَصِيْرَةِ منكَ

Kesungguhanmu untuk mencapai apa-apa yang telah dijamin pasti akan sampai kepadamu, di samping kelalaianmu terhadap kewajiban yang di amanatkan kepadamu, membuktikan butanya mata hatimu (bashirah).

Begitu juga pesan dari Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitab Daar as-Sa’adah pentingnya qolbun salim atau hati yang selamat. Adapun pesan tentang hati yang selamat berikut ini:

Hati selamat yang terhindar dari azab Allah Swt adalah hati yang pasrah dan menerima perintah-Nya, yang tidak lagi ada penentangan terhadap perintah dan wahyu-Nya. Tidak ada yang memenuhinya kecuali Allah Swt.

Tidak ada yang ia inginkan selain Allah Swt. Ia hanya menunaikan apa yang diperintahkan Allah Swt. Hanya  Allahlah yang ia tuju, hanya perintah-Nya yang ia tunaikan, dan hanya aturan-Nya yang menjadi cara serta jalan hidupnya.

Tidak ada sedikitpun keraguan yang mejadi  penghalang antara ia dan keimanan terhadap wahyu-Nya. Bahkan setiap kali keraguan itu terlintas, ia pun tahu bahwa keraguan itu tidak akan membuatnya tenang.