Scroll untuk baca artikel
Terkini

Dari PPL Mahasiswa PTIQ Jakarta, Mereka Ingin Jadi Jurnalis dan Pembicara Hebat

Redaksi
×

Dari PPL Mahasiswa PTIQ Jakarta, Mereka Ingin Jadi Jurnalis dan Pembicara Hebat

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Perkembangan teknologi komunikasi khususnya media digital saat ini merupakan tantangan bagi mahasiswa. Beragam profesi, peluang bisnis atau lapangan kerja terbuka lebar untuk diisi—sepanjang mahasiswa mumpuni di bidang media. Untuk itu Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah Institut Perguruan Tinggi Ilmu Pengetahuan (PTIQ) menggelar Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) secara daring bertajuk “Menjadi Jurnalis dan Pembicara Hebat”, pada 11, 18 dan 25 Februari 2022.

Dekan Fakultas Dakwah Institut PTIQ Jakarta H. Topikurohman Bedowi ketika membuka acara PPL mengatakan, tujuan PPL untuk memberikan bekal pengetahuan (kognitif), kepekaan (afektif), kompetensi dan keterampilan (skill) di bidang jurnalistik dan public speaking. Selain itu, sebagai ikhtiar membangun  hubungan dan kecocokan (link and match) antara studi di bangku kuliah dengan tantangan nyata yang terjadi masyarakat ataupun lapangan kerja.

Sebagai nara sumber pada kegiatan itu adalah mantan jurnalis dan motivator nasional yang sampai saat ini masih aktif di bidangnya masing-masing. Yakni: jurnalis media cetak senior Mustafa Helmy, jurnalis televisi senior Yusron Sjarief, jurnalis senior radio Eddy Koko, motivator nasional Tubagus Wahyudi, Pemimpin Redaksi Akurat.co Rizal Maulana Malik, dan Redaktur Barisan.co Busthomi Rifa’i. Sedangkan peserta PPL adalah mahasiswa semester VIII Prodi.

Hampir semua nara sumber berpendapat, untuk menjadi jurnalis dan pembicara hebat bukan mustahil untuk diwujudkan. Syaratnya memiliki motivasi kuat, kerja keras, sungguh-sunguh, serius dan latihan yang rajin dan terarah. “Sebelum menjadi wartawan Tempo, saya sudah mengasah kemampuan sejak saat masih mahasiswa PTIQ,” ungkap Mustafa Helmy. Jadi, lanjut Mustafa yang juga pernah memimpin Majalah Editor, mahasiswa PTIQ juga bisa menjadi jurnalis andal jika memiliki motivasi kuat dan tekun.

Nara sumber Tubagus Wahyudi membeberkan, untuk menjadi pembicara andal harus dimulai dengan kesadaran bermedia. Termasuk mengerti psikologi kamera. Sedangkan Yusron Syarief mendorong mahasiswa untuk belajar jurnalistik televisi melalui cara yang mudah, yakni: handphone. Karena prinsipnya keduanya ada kemiripan. Setelah mahir melalui handphone,  ungkap mantan wartawan RCTI dan TV One,  baru beranjak praktik menggunakan kamera yang biasa digunakan oleh reporter televisi.

Adapun mantan wartawan harian Jayakarta Eddy Koko menceritakan pengalamannya melanglang buana menjadi jurnalis radio. Bahkan ia mengaku ikut mengantarkan sejumlah nama menjadi orang besar, terkenal dan berkibar hingga saat ini. Rizal Maulana Malik yang juga mantan wartawan Rakyat Merdeka mengaku lebih banyak sukanya daripada dukanya selama menjadi wartawan. Sementara untuk melatih keterampilan khusus, Busthomi Rifai membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan praktik desain dan lay out.

Pada acara PPL yang setiap sesinya berlangsung sekitar tiga jam, mahasiswa sangat antusias mengikutinya dari awal hingga akhir. Setia pada posisi on dengan kamera handphone atau laptopnya. Berbagai pertanyaan dilontarkan oleh mahasiswa kepada nara sumber. Fakhri Anas Al Mu’afi misalnya, bertanya tentang modal pokok yang harus dimiliki jika ingin menjadi jurnalis televisi.

Kawan seangkatannya M. Dalimanul Hakim mengaku sudah mulai merintis menjadi penyiar radio, dan menanyakan kepada nara sumber kiat agar bakatnya terus berkembang dan tersalur. Sementara Ahmad Nur Malik Panigoro menanyakan, langkah yang harus dilakukan seorang jurnalis dalam menghadapi begitu banyak informasi hoaks atau bohong. Para penanya lain menginginkan agar kegiatan semacam ini dilanjutkan karena banyak manfaatnya, baik secara keilmuwan maupun praktis.