Santri NU kini punya peluang besar untuk menembus kampus-kampus bergengsi dunia berkat sinergi diaspora NU di luar negeri.
BARISAN.CO – Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Amerika Serikat-Kanada yang baru terpilih, Dr. Zainal Abidin, melakukan kunjungan silaturahmi dan dialog khusus bersama Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah, KH Ubaidullah Shodaqoh di Pondok Pesantren Al-Itqon, Bugen, Kota Semarang, Selasa (14/5/2025).
Kunjungan ini bukan sekadar sowan tokoh, tetapi menjadi momentum penting untuk membahas berbagai persoalan strategis, terutama dalam bidang pendidikan dan penguatan peran diaspora NU di luar negeri.
Zainal Abidin, yang merupakan dosen di University of Texas, San Antonio dan alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB), menyampaikan komitmennya untuk memperkuat pendataan serta pemetaan warga Nahdliyin yang tersebar di Amerika dan Kanada.
“Sebagian besar mereka berasal dari desa, dan dari desa itu biasanya warga NU. Ini menjadi perhatian kami untuk memudahkan akses pelayanan, terutama di bidang pendidikan,” ujar Zainal.
Zainal yang akan mengemban amanah sebagai Rais Syuriah PCINU Amerika Serikat-Kanada periode 2025–2027 menjelaskan bahwa mayoritas jajaran syuriah di PCINU AS-Kanada berasal dari kalangan akademisi.
“90 persen dari jajaran syuriah kami berasal dari kampus. Sedangkan ketua tanfidziyah kami, Annas Rolli Muchlisin, saat ini tengah menempuh studi doktoral bidang agama di Harvard University,” jelasnya.
Secara keseluruhan, sekitar 80 persen jajaran pengurus PCINU AS-Kanada terdiri dari mahasiswa program doktoral dan pascasarjana.
Zainal menyebut, ini menjadi kekuatan tersendiri untuk mendorong warga NU Indonesia agar bisa mengakses dunia akademik internasional, khususnya di Amerika Serikat.
“Pemetaan ini penting agar warga Nahdliyin yang ingin melanjutkan studi di Amerika mendapatkan jalur dan informasi yang lebih jelas dan terarah,” tambahnya.
Lebih jauh, Zainal juga menyoroti perbedaan karakter diaspora NU di Amerika dan Eropa. Menurutnya, warga NU di Amerika lebih adaptif terhadap lingkungan sosial yang menjunjung tinggi nilai-nilai humanis dan demokratis. Hal ini menjadi modal penting untuk memperkuat peran NU di dunia internasional.
Namun, dia juga menekankan bahwa pendidikan di Amerika tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga pembentukan mentalitas.
“Di sana, pembentukan karakter sangat ditekankan. Mereka punya etos kerja tinggi, disiplin, dan sistem anti-korupsi yang benar-benar berjalan. Ini berbeda dengan di Indonesia, yang kadang masih mencari celah meski sistem sudah baik,” jelasnya.
Zainal juga menyoroti pentingnya budaya kompetisi yang positif. Ia membandingkan sistem pendidikan di Amerika yang cenderung kurang kompetitif dengan China, yang justru sangat menekankan semangat bersaing untuk menjadi yang terbaik.