Dia menjelaskan, bagi banyak orang, perubahan menjadi tanah yang dapat diubah menjadi taman atau pohon cukup berdampak.
Pendukung terramasi mengatakan prosesnya ekonomis dan juga ramah lingkungan, dengan tubuh berubah dalam enam hingga delapan minggu.
Pengomposan Jenazah Lebih Ramah Lingkungan
Menurut National Funeral Directors Association, mayoritas orang Amerika (56 persen) mengatakan, mereka berencana untuk dikremasi, dan sebagian besar sisanya memilih penguburan tradisional, termasuk pembalseman jenazah dan menempatkannya di peti mati di dalam lemari besi. Setiap tahun, kremasi di Amerika mengeluarkan lebih dari 1,7 miliar pon CO2 ke atsmosfer dan energi yang dibutuhkan untuk setiap kremasi sekitar 20 galon gas, menurut statistik dari Green Burial Council.
Dikutip dari Recompose, pengomposan jenazah dilakukan dalam wadah tertutup yang dapat digunakan kembali, sementara penguburan hijau mengacu pada praktik mengubur tubuh yang tidak dibalsem di pemakaman hijau. Baik pengomposan manusia maupun penguburan hijau mendorong dekomposisi alami.
Pengomposan bukan jenis penguburan karena jenazah tidak diletakkan di dalam tanah. Pengomposan manusia menciptakan lingkungan di mana mikroba yang bermanfaat tumbuh subur, dengan kadar air tertentu dan rasio bahan karbon serta nitrogen. Proses molekuler yang menggerakkan pengomposan manusia ialah proses yang sama, memecah tubuh selama penguburan hijau. Namun, proses ini biasanya memakan waktu lebih lama dalam konteks penguburan hijau. Ini sebagian, karena tidak banyak oksigen yang mencapai tubuh terkubur di bawah tanah.
Secara konsep, penguburan hijau dan reduksi organik alami mengembalikan tubuh ke bumi. Kedua proses tersebut idealnya bermanfaat bagi planet.
Biaya yang dikenakan pun bervariasi. Recompose mengenai biaya US$5.500 untuk layanannya. Sementara, Return Home yang berlokasi di luar Seattle mengenakan biaya US$4.950 untuk layanan pengomposan dasar. [rif]