Doa Nurbuat adalah yang berisi pujian, shalawat, dan permohonan perlindungan kepada Allah.
BARISAN.CO – Doa merupakan salah satu sarana utama umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selain doa-doa yang terdapat dalam Alquran dan hadis sahih, umat Islam juga mengenal berbagai doa tambahan yang diwariskan oleh para ulama. Salah satunya adalah Doa Nurbuat yang cukup populer di kalangan masyarakat Muslim Nusantara.
Doa ini juga dikenal dengan sebutan Doa Nurun Nubuwwah, yang berarti Cahaya Kenabian. Meskipun tidak bersumber langsung dari Rasulullah ﷺ, Doa Nurbuat sudah lama diamalkan oleh sebagian umat Islam, terutama di Jawa, Sumatra, dan kawasan Melayu.
Lantas, apa sebenarnya Doa Nurbuat itu, dari mana asal-usulnya, dan apa saja keutamaan yang diyakini oleh masyarakat yang mengamalkannya?
Doa Nurbuat tidak tercantum dalam Alquran dan tidak pula ditemukan dalam hadis-hadis sahih. Artinya, doa ini bukan berasal langsung dari Rasulullah ﷺ. Doa ini lebih tepat dikategorikan sebagai doa tradisional atau doa tambahan yang dirangkai oleh para ulama.
Dalam berbagai kitab doa yang beredar di Nusantara, Doa Nurbuat dikaitkan dengan ajaran para ulama sufi. Oleh karena itu, doa ini lebih dikenal sebagai warisan tradisi keislaman lokal yang menggabungkan pujian kepada Allah, shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ, serta permohonan keselamatan dan cahaya iman.
Karena asal-usulnya tidak jelas dari Nabi, Doa Nurbuat tidak bisa disamakan dengan doa-doa ma’tsur (doa yang diriwayatkan dari Rasulullah). Namun, umat Islam tetap boleh membacanya, sebab isinya baik dan mengandung nilai ibadah.
Tidak jarang masyarakat bertanya apakah Doa Nurbuat terdapat dalam Alquran. Jawabannya jelas, tidak ada. Doa Nurbuat bukanlah ayat atau surat dalam Alquran.
Anggapan ini muncul karena sebagian orang meyakini bahwa setiap doa yang populer pasti bersumber dari Alquran. Padahal, Doa Nurbuat adalah doa tambahan yang lahir dari tradisi.
Dengan demikian, statusnya tidak sama dengan doa-doa Alquran seperti doa sapu jagat (Rabbana atina fid-dunya hasanah…) atau doa-doa lain yang memang diajarkan oleh Nabi ﷺ.
Terkait waktu pengamalannya, tidak ada ketentuan baku dari hadis mengenai kapan sebaiknya Doa Nurbuat dibaca. Namun, dalam tradisi masyarakat, doa ini biasanya diamalkan setelah shalat fardhu maupun shalat sunnah, terutama pada malam Jumat yang dianggap sebagai waktu penuh keberkahan.
Selain itu, doa ini juga dibaca saat seseorang merasa gelisah, takut, atau membutuhkan ketenangan hati. Ada pula yang menjadikannya bagian dari wirid atau dzikir harian.
Dengan kata lain, Doa Nurbuat bisa dibaca kapan saja, sebab doa pada dasarnya tidak dibatasi waktu tertentu, kecuali doa khusus yang memang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ.









