Scroll untuk baca artikel
Kolom

Dongeng, Imajinasi, dan Daya Inovasi

Adib Achmadi
×

Dongeng, Imajinasi, dan Daya Inovasi

Sebarkan artikel ini
dongeng imanjinasi
Ilustrasi/Barisan.co

Kini, di tengah era inovasi—di mana kreativitas dan imajinasi menjadi kekuatan utama—generasi kita hanya menjadi objek perubahan. Mereka hanya menjadi konsumen dari produk inovasi, bukan pencipta. Daya untuk beradaptasi secara kreatif apalagi menjadi pemimpin dalam inovasi telah lama hilang.

Mengembalikan daya kreativitas dan inovasi tentu bukan hal yang mudah. Hal ini membutuhkan ekosistem yang mampu merangsang semangat untuk berkarya—mulai dari asupan pengetahuan dan emosional, fasilitas, hingga apresiasi.

Langkah ini perlu dilakukan sejak dini, terutama di usia sekolah dasar atau bahkan sebelum itu. Imajinasi dan bermain adalah dua kunci penting untuk membangun kreativitas dan daya inovasi anak. Apa pun materi yang diajarkan, dua aspek ini harus selalu disertakan.

Salah satu langkah konkret yang bisa dilakukan adalah menghidupkan kembali tradisi mendongeng di sekolah.

Tradisi lama ini, dengan penyesuaian yang diperlukan, dapat mendorong imajinasi anak untuk tumbuh dan berkembang kembali. Ketika imajinasi berkobar, keinginan untuk berkarya dan mencipta akan muncul dengan sendirinya. Itulah poin terpentingnya.

Selain mendongeng, aktivitas bermain kreatif juga perlu digalakkan. Anak harus diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi ide-idenya.

Misalnya, belajar dengan memanfaat apa saja yang ada dilingkungan sekitar, untuk menciptakan karya atau memecahkan masalah. Aktivitas seperti ini tidak hanya melatih imajinasi, tetapi juga membangun keterampilan dengan fasilitas yang ada.

Peran orang tua dan guru sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang merangsang kreativitas. Dorongan positif, apresiasi terhadap karya anak, serta memberikan ruang bagi mereka untuk mencoba dan gagal adalah fondasi dari ekosistem inovasi.

Anak-anak tidak perlu diarahkan secara kaku, tetapi dibiarkan mengeksplorasi ide dengan bimbingan yang bijak.

Selain itu, kolaborasi dengan lingkungan sekitar baik keluarga, sekolah, maupun komunitas—dapat menciptakan ekosistem yang lebih luas.

Misalnya, festival kecil untuk memamerkan karya anak, lomba-lomba sederhana, atau program pertunjukan cerita bisa menjadi inspirasi bagi anak untuk terus berkarya.

Membangun kembali daya imajinasi memang membutuhkan proses panjang. Namun, jika dimulai sejak dini dan dilakukan secara konsisten, generasi masa depan akan tumbuh dengan kreativitas yang tinggi.

Mereka akan lebih siap menghadapi tantangan di era inovasi dan menjadi pencipta, bukan sekadar pengguna teknologi.

Dengan mengembalikan imajinasi dan kreativitas sebagai pondasi utama, kita dapat menyiapkan generasi yang mampu berpikir bebas, berinovasi, dan menciptakan masa depan yang lebih baik. Imajinasi adalah langkah awal untuk perubahan besar. []