Scroll untuk baca artikel
Kolom

Energi dari PLTU Cilacap, mengapa tak ke Dusun Bondan? Perjuangan Warga Dusun Bondan Menerangi Hidup di Tengah Ketimpangan Energi

Redaksi
×

Energi dari PLTU Cilacap, mengapa tak ke Dusun Bondan? Perjuangan Warga Dusun Bondan Menerangi Hidup di Tengah Ketimpangan Energi

Sebarkan artikel ini
Energi dari PLTU Cilacap

Di masa awal, tantangan teknis juga muncul. Inverter, alat yang mengatur arus listrik, rusak karena kelebihan beban, membuat dusun kembali gelap selama beberapa hari.

Jika ingin diganti pun, harga inverternya saja sudah mencapai Rp85 juta untuk satu unit pada masa itu. Namun, warga tidak tinggal diam.

Dengan bantuan dari Pertamina serta pendampingan teknisi, mereka belajar memperbaiki dan merawat sistem. Mereka sadar, listrik ini bukan hanya milik mereka hari ini, tetapi warisan untuk anak-anak mereka nanti.

“Kami nggak mau kejadian itu terulang. Sekarang kalau ada gangguan, kami tahu harus cek kabel, cek baterai, atau matikan beban dulu,” ujar Jamal bangga.

Namun, meski sebagian besar rumah kini bisa menikmati listrik, belum semua merasakannya. Tiga rumah di ujung dusun masih belum teraliri listrik dari sistem utama.

“Jaraknya terlalu jauh dari jalur kabel utama. Kalau mau narik kabel ke sana, biayanya lumayan,” kata Jamal. Rumah-rumah itu berdiri terpisah, melewati semak, rawa, dan jalan tanah yang sempit.

Deretan panel surya ini menjadi sumber harapan bagi warga Dusun Bondan. Di bawah terik matahari pesisir, mereka menangkap cahaya untuk diubah menjadi energi, menyalakan rumah, membuka peluang, dan menghidupkan mimpi warga yang dulu hidup dalam gelap (Ningrum Habibah)

Di tengah permukiman warga Dusun Bondan, enam panel surya besar berjajar rapi menghadap matahari. Di siang hari, panel-panel itu menangkap sinar matahari yang melimpah, menyerap energi, lalu menyalurkannya sebagai listrik ke rumah-rumah warga.

Namun, Dusun Bondan bukan hanya bergantung pada matahari. Ketika langit mendung atau hujan turun, saat panel surya tak mampu bekerja optimal, empat kincir angin tinggi ikut bekerja, berputar pelan tertiup angin laut yang tak pernah benar-benar berhenti. Kincir-kincir itulah yang menopang listrik saat malam atau cuaca buruk datang.

Inilah yang disebut sebagai PLTH (Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida). Gabungan antara tenaga surya dan angin ini mampu menghasilkan energi hingga 16.200 kWp.

Angka ini mungkin terdengar teknis bagi sebagian orang, tetapi bagi warga Dusun Bondan, itu adalah perbedaan antara malam yang gelap gulita dan malam yang penuh cahaya.

Mirisnya, wilayah pesisir dengan potensi energi terbarukan besar seperti Bondan baru mendapat perhatian setelah muncul inisiatif warga dan perusahaan.

Ini menunjukkan masih lemahnya peran pemerintah dalam memastikan keadilan akses energi bagi komunitas terpencil.

Hal ini terjadi di Cilacap, daerah yang menjadi rumah bagi salah satu PLTU terbesar di Jawa Tengah, tetapi masih menyisakan warga yang hidup tanpa listrik selama puluhan tahun.