KETIKA Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) bermain bola bersama dengan FIFA sebagai salah satu agenda pertemuan pada Selasa (18/10/2022) menimbulkan kecaman dari warganet. Terlebih, akun twitter PSSI menuliskan caption awal: Potret Keseruan Presiden FIFA Gianni Infantino berserta jajaran saat bermain sepak bola bersama Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan di Stadion Madya.
Kata ‘keseruan’ yang digunakan tersebut memancing amarah. Sebab, di hari itu ada satu orang lagi yang meninggal dunia akibat Tragedi Kanjuruhan. Sehingga, total korban meninggal mencapai 133 jiwa.
Sedangkan, pada hari yang sama juga, Ketua PSSI itu seharusnya menjalani pemeriksaan di Polda Jawa Timur atas Tragedi Kanjuruhan, namun diundur.
Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), Laode M Syarif pun menyayangkan kegiatan fun football di tengah kuburan para korban yang belum kering. Menurutnya, seharusnya perlu mengedepankan empati kepada para korban Kanjuruhan yang meninggal dan dirawat di rumah sakit.
Tiap orang memiliki pilihan antara bertanggung jawab atau tidak atas tindakannya. Sayangnya, PSSI tampak tidak bertanggung jawab.
Iwan Bule memang meminta maaf atas Tragedi Kanjuruhan. Namun, permintaan maaf itu 12 hari setelah peristiwa yang merenggut ratusan korban jiwa. Bahkan, berjanji akan bertanggung jawab.
Tapi, apa yang terjadi di Stadion Madya menyiratkan tidak adanya penyesalan. Ciri orang bertanggung jawab, bukan hanya mengakui kesalahannya, tapi juga menyadari bagaimana gerak-gerik kita memengaruhi orang lain, memerhatikan perasaan orang lain, dan menerima kritik dengan baik serta lapang.
Beberapa kali, Iwan Bule didesak mundur dari jabatannya. TGIPF bahkan telah merekomendasikan agar Ketua Umum PSSI itu mundur. Namun, yang terlihat, Iwan Bule riang gembira bermain bola bersama Presiden FIFA.
Ketakutan memang sering kali muncul sebagai penyebab utama keputusan lari dari tanggung jawab. Tapi, sebenarnya, akar penyebabnya adalah keangkuhan.
Keangkuhan itu berbahaya bisa berakibat fatal untuk semua orang. Keangkuhan terjadi ketika ada kebanggaan atau kepercayaan diri yang berlebihan. Itu terjadi ketika para pemimpin berpikir mereka tahu lebih baik.
Lalu, apa obat penawar dari keangkuhan ini? Penawarnya adalah kerendahan hati. Seperti yang dicatat oleh peneliti dan penulis Jim Collins dalam bukunya Good To Great, kualitas hebat pemimpin terbaik adalah mereka yang rendah hati.
Terlepas dari pengalaman selama bertahun-tahun, masa jabatan, posisi, jabatan, atau kecerdasan pribadi, perlu mengembangkan kerendahan hati.
Dalam kasus Iwan Bule, dia perlu banyak belajar mendengarkan dengan baik melalui latihan, kesabaran, dan ketekunan.
Dan, terima desakan masyarakat serta hasil TGIPF untuk mundur. Belajar untuk menerima keputusan. Mundur dari jabatan bukan akhir dari dunia.
Jika saja PSSI memang benar-benar bertanggung jawab dan memiliki kerendahan hati, maka Fun Football itu tidak akan menjadi agenda kegiatan yang dilakukan bersama FIFA.
Seperti yang disampaikan oleh Sunday Adelaja, tidak bertanggung jawab adalah dosa dengan label harga tinggi. Dan, kita akan melihat, sampai mana Ketua PSSI akan lari dari tanggung jawab dengan tingkat keangkuhannya yang tinggi itu.