Barisan.co – Setiap orang berkeinginan membangun keluarga yang harmonis. Keluarga merupakan ruang pertama dan yang paling utama dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal inilah maka keluarga harmonis dibentuk oleh orang tua yang menjadi pembina pribadi dalam hidup anak. Kepribadian orang tua menjadi hal terpenting untuk membangun karakter keluarga.
Keluarga harmonis merupakan kenikmatan yang luar biasa. KH. Ahmad Bahauddin Nur Salim atau biasa dikenal akrab dengan sapaan Gus Baha menerangkan dalam kitab Al-Hikam karya Ibnu Athaillah menjelaskan, “Dan adakah nikmat yang lebih besar dari masuk surga?”
“Jadi intinya Al-Hikam berpesan:” jangan karena nikmat Allah itu melimpah padamu, lantas kamu merasa tidak bisa mensyukurinya. Karena “Alhamdulillah” itu lebih besar dari segala macam nikmat,” lanjutnya.
Gus Baha mengatakan, dengan alhamdulillah itu sudah cukup. Buktinya, penghuni surga yang bidadarinya banyak, diberi kenikmatan secara abadi saja cukup membalas Allah dengan “Alhamdulillah.” Makanya benar firman Allah: Aku memberi banyak, dan menerima balasan sedikit.”
“Makanya saya mohon. Jika kamu seorang ayah yang merawat anak sejak kecil hingga kuliah. Kemudian anakmu lupa denganmu, biarkan saja! Yang penting kamu mendengarnya masih salat, alhamdulillah. Mendengarnya masih memanggilmu “bapak”, alhamdulillah,” pinta Gus Baha.
Lalu Gus Baha bercerita tentang perihal dirinya membangun keluarga. Gus Baha seringkali curhat dengan istrinya. Misalnya curhat seperti:
“Orang semacam aku, kok diberi titipan Tuhan berupa anak. Alhamdulillah sekali. Melihat anak pulang ke rumah bersyukur sekali. Seperti apa jika ia diculik orang.”
Gus Baha berpesan, simpel sekali memahami al-Quran; Tidak ada nikmat, kecuali Alhamdulillah adalah lebih besar daripada nikmat itu sendiri.
Umar bin Abdul Azis mengatakan, “Jika kau tidak percaya dengan omonganku, dan tidak percaya Al-Quran. Berikut ini dalilnya? Nikmat apa yang belum dimiliki Dawud dan Sulaiman? Mereka hanya membalas dengan ucapan “Alhamdulillah.”
Perihal membangun keluarga hubungan antara suami dan istri, Gus Baha mencontohkan, “Jika istrimu sering minta duit ke kamu, ya alhamdulillah. Bagaimana rasanya jika minta duit ke lelaki lain?
Gus Baha, Makanya saya itu malu jika tidak bersyukur di dunia. Makanya saya mohon betul, hidup Cuma sekali, jangan terlalu menuntut balasan.
Menurut Imam Al-Ghazali tujuan dari berkeluarga adalah sarana untuk jalan menuju ibadah kepada Allah Swt. Keluarga sakinah atau keluarga harmonis dapat dibangun dari pernikahan yang didasari oleh ketakwaan, kesabaran, keikhlasan, serta rasa syukur yang dilaksanakan dalam perilaku sehari-hari (Luk)