Guncangan besar melanda PBNU setelah Syuriyah meminta Gus Yahya mundur hanya dalam tiga hari. Tanggapan tegas Ulil Abshar Abdalla membuat eskalasi konflik semakin mencolok di publik.
BARISAN.CO – Seperti gelombang besar yang tiba-tiba datang dari tengah samudera, konflik internal kini mengguncang tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Organisasi Islam terbesar di Indonesia itu tengah berada dalam sorotan publik setelah KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) diminta mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum.
Keputusan mengejutkan ini muncul dari Rapat Harian Syuriyah PBNU yang digelar di Hotel Aston Jakarta, Kamis 20 November 2025.
Dokumen berjudul “Risalah Rapat Harian Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama” yang beredar luas di media dan media sosial memuat dua poin utama hasil rapat tersebut.
Dalam risalah itu disebutkan bahwa Gus Yahya diberi waktu tiga hari untuk menyatakan pengunduran diri.
Jika tidak dilakukan dalam tenggat waktu yang ditetapkan, maka Syuriyah PBNU akan memberhentikan Gus Yahya dari posisi Ketua Umum PBNU.
Langkah tegas Syuriyah PBNU ini sontak menarik perhatian warga Nahdliyyin dan publik nasional, mengingat posisi Ketua Umum PBNU adalah jabatan strategis yang memiliki pengaruh besar pada arah gerak organisasi dan konstelasi sosial-keagamaan di tanah air.
Di tengah dinamika yang memanas, Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla memberikan tanggapan melalui akun Facebook pribadinya.
Dalam unggahan berjudul “Renungan Sederhana” itu, Ulil menarik garis sejarah dengan mengingat masa kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ketika upaya pendongkelan ketua umum datang dari rezim otoriter Orde Baru.
Namun kali ini, tulis Ulil, situasinya berbeda.
“Sekarang, upaya pendongkelan itu justru datang dari dalam. Ironis. Tidak terbayangkan,” ungkapnya. Ia menyebut dinamika ini berpotensi menimbulkan “sunnah sayyi’ah”—kebiasaan buruk berupa pelengseran Ketua Umum di tengah jalan.
Ulil menegaskan bahwa kebiasaan baru yang dinilainya tidak baik ini justru muncul dari pucuk tertinggi struktur organisasi.
Meski demikian, ia tetap menyampaikan harapan agar PBNU mampu bertahan sebagaimana dalam ujian-ujian besar sebelumnya.
“Semoga kali inipun NU survive, dan ketum selamat,” tulisnya, Sabtu (22/11/2025).
Konflik internal ini diprediksi akan menjadi perhatian luas, mengingat posisi PBNU yang sangat penting dalam kehidupan sosial, keagamaan, dan bahkan politik Indonesia. []









