Scroll untuk baca artikel
religi

Hadits Arbain Nawawi ke 2: Islam, Iman dan Ihsan

Redaksi
×

Hadits Arbain Nawawi ke 2: Islam, Iman dan Ihsan

Sebarkan artikel ini
Hadits Arbain Nawawi ke 2
Kitab Hadits Arbain Nawawi ke 2

kemudian dia berkata: “anda benar“. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku tentang Iman “.

Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.

Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang ihsan “.

Lalu beliau bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau”.

Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “,

beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (HR. Muslim).

Lantas apa arti Islam, Iman dan Ihsan dalam kitab Arbain Nawawi ke 2 tersebut? Islam, iman dan ihsan adalah dimensi yang tidak dapat dipisahkan, jika di ibaratkan pada sebuah pohon, iman menjadi akarnya, Islam menjadi batangnya dan ihsan menjadibuahnya. Iman terletak didalam hati, Islam terletak dalam prilaku perbuatan sementara ihsan adalah keduanya. Dalam hal ini ihsan menjadi aplikasi dari perwujudan atas iman dan Islam.

Ihsan adalah ketika menyembah Allah dan merasakan seolah-olah Allah melihatnya, dan jika ia tidak berupaya melihat Allah maka sesungguhnya Allah melihat segala prilakunya.

Dalam hal ini berarti bahwa ihsan adalah proses pengabdian diri secara penuh kepada Allah dengan sebaik-baiknya atas dasar hati yang ikhlas lahir dan batin. Atau lebih umumnya ihsan kerap diartikan dengan kebajikan (berbuat baik). Dengan kata lain umat Islam dituntut untuk dapat merangkul tiga rukun agama ini secara menyeluruh.

Ihsan menurut bahasa sering diartikan sebagai upaya berbuat baik, hal ini dilihat dari asal kata ihsan yaitu hasuna yang bermakna bagus atau baik.

Sementara secara istilah ihsan diartikan sebagai upaya pengabdian diri kepada Allah dengan niat yang bersungguh-sungguh penuh keikhlasan dan keridhoan. Sementara perspektif tasawuf mengatakan bahwa ihsan adalah penghayatan terdalam dalam mencapai kedekatan dengan Allah bagi seorang hamba melalui ajaran-ajaran yang telah dianjurkan oleh agama.[]