Anies apabila kelak menjadi presiden, harus memperhatikan pendidikan di Indonesia Timur.
BARISAN.CO – Media sosial berkembang pesat. Tak jarang, beberapa orang memanfaatkannya sebagai wadah polarisasi untuk memecah persatuan dan kesatuan Indonesia.
Sejarawan Kusuma Espe beberapa waktu lalu sempat menyatakan, polarisasi terjadi mulai tahun 2014 karena faktor politik. Sayangnya, polarisasi tak kunjung berkesudahan mengingat beberapa politisi masih bermain politik identitas.
Namun, tak semua masyarakat terpengaruh dengan hal itu. Pekan lalu, Barisanco mewawancarai seorang relawan Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES) bernama Johanis Ediventus Sitowul. Pria yang akrab dipanggil Jefri ini berasal dari Kota Ambon, Provinsi Maluku.
Beberapa tahun silam, peristiwa berdarah terjadi di sana. Kejadian itu bermula karena manipulasi perkara antar agama yang menjalar ke daerah lain di Maluku. Tak ingin terulang, Jefri menyebut, saat ini Maluku pela gendong salam sarane. Salam artinya Islam dan Serane itu Kristen.
Jefri menuturkan, kerukunan antar umat beragama di sana sangat luar biasa.
“Ketika Natal, saudara-saudara kita dari Muslim itu datang untuk membangun tempat ibadah dan lain-lain. Begitu pula masjid, saudara-saudara Kristen saling membantu, gotong-royong,” kata Jefri pada Minggu (21/8/2022).
Dia mengatakan, terkait politik, alasan orang Kristen bisa mendukung Anies Rasyid Baswedan untuk presiden 2024 bukan karena politik identitas.
“Tapi, saudara-saudara kita di Maluku melihat kinerjanya. Ini perlu untuk menyelamatkan generasi milenial kita ini,” tambahnya.
Menurut pria berusia 41 tahun ini, harapan para generasi milenial, khususnya di Indonesia Timur kepada Anies apabila kelak menjadi presiden adalah dunia pendidikan dapat berjalan dengan semestinya.
“Hari ini saya katakan, kami Maluku belum merasakan kemerdekaan karena Maluku masih urutan keempat termiskin dari 34 provinsi. Jadi, harapan kami ketika Anies jadi presiden RI harus melirik kami masyarakat Maluku lebih khususnya,” lanjutnya.
Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2019-2024, Provinsi Maluku Utara termasuk Maluku ditetapkan sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN). Namun, Jefri mengungkapkan, dengan melimpahnya sumber daya alam di Maluku, nyatanya masyarakat masih sengsara.
“Hasil laut melimpah, dari rempah-rempah, batu bara, emas, minyak, Maluku punya semua. Tapi, tidak ada pemerataan pembangunan di wilayah ini,” ungkapnya.
Jefri menyampaikan, meski memiliki begitu banyak kekayaan alam, Malulu belum merasakan kemerdekaan.
“Kenapa saya bilang begitu? Karena kami di Indonesia Timur, beberapa wilayahnya kesulitan mendapatkan jaringan internet. Kami terisolir, bagaimana anak-anak kita untuk dunia pendidikan yang sudah digital ini?” ucapnya.