Scroll untuk baca artikel
Terkini

Innalillahi! Lily Wahid Adik Gus Dur Meninggal Dunia, Ini Sepak Terjang Keberaniannya  

Redaksi
×

Innalillahi! Lily Wahid Adik Gus Dur Meninggal Dunia, Ini Sepak Terjang Keberaniannya  

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Adik kandung Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Lily Chodidjah Wahid binti K.H. A. Wahid Hasyim, meninggal dunia pada pukul 16.28 WIB di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

Rencananya, jenazah akan disemayamkan di West Covina Blok SH 6/31, Kota Wisata Cibubur, Bogor. Dan akan dimakamkan di Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur.

“Insha Allah jenazah akan dimakamkan di pesantren Tebuireng Jombang pada selasa 10 Mei 2022 pukul 05:00. Mohon dimaafkan kesalahan Beliau semasa hidupnya. Allahummaghfirlaha warhamha wa’afiha wa’fuanha,” tulis keluarga besar almarhumah dalam pesannya melalui Whatsapp.

Akhir April (2022) lalu, Lily menjalani pemasangan stent (ring jantung) di Jakarta Heart Center, Matraman, Jakarta. Kemudian Lily Wahid sempat menjalani perawatan di Pusat Jantung Terpadu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Lily wafat di usia 74 tahun. Semasa hidupnya, pernah menjadi anggota DPR periode 2009-2014 dari PKB dan bertugas di Komisi I. Setelah PKB, kemudian karier politiknya ia teruskan di Partai Hanura.

Sepak Terjang Lily Wahid

Hj. Lili Chodidjah Wahid lahir Jombang 4 Maret 1948. Namanya mulai dikenal publik ketika mendukung kepengurusan PKB hasil Muktamar Ancol awal 2008 yang melahirkan Muhaimin Iskandar dan Lukman Edy, masing-masing sebagai ketua umum dan sekjen.

Kala itu, Lily berseberangan dengan kakaknya, Gus Dur. Oleh Cak Imin, Lily Wahid selanjutnya ditempatkan sebagai Wakil Ketua Dewan Syuro DPP PKB. Dari posisi itu, Lily makin dikenal publik. Dan pada Pemilu 2009, Lily selanjutnya melenggang ke DPR setelah memenangkan pertarungan di daerah pemilihan (Dapil) Jawa Timur II.

Di DPR, ibu beranak tiga ini kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dianggap bisa merugikan masyarakat. Bersama politisi perempuan dari partai lain, Lily menjadi inisiator koalisi politisi perempuan di parlemen.

Saat skandal Bank Century mencuat, Lily bersama delapan anggota DPR dari lintas fraksi berinisiatif membentuk Tim Sembilan. Tim inilah yang menggagas usulan penggunaan hak angket DPR untuk mengusut kasus pengucuran dana Rp 6,7 triliun ke Bank Century.

Langkah Lily ini cukup berani. Sebab saat itu tidak ada satupun politisi PKB yang berani menyatakan mendukung Pansus Century, apalagi menjadi inisiator. Beberapa elite PKB malah menyesalkan sepak terjang Lily.

Tapi dia yakin dengan apa yang dilakukannya. Bukan hanya di parlemen, di partainya sekalipun dia kritisi. Saat masih remaja, dia sudah mengenal politik. Ketika usianya masih sekitar 19 tahun, Lily sempat dicalonkan menjadi anggota DPR. Namun dia memutuskan membatalkan pencalonan karena sudah banyak anggota keluarga yang menjadi caleg kala itu.

Terlebih dia memang lahir dari keluarga Wahid Hasyim yang dekat dengan hirup pikuk politik. Bagi Lily, politik tak identik sebagai upaya perebutan kekuasaan. Menurutnya, makna politik sesungguhnya adalah cara untuk mencapai kemakmuran rakyat. Untuk mencapai tujuan itu, setiap orang bisa memainkan perannya masing-masing sesuai kemampuannya .

Masyarakat biasa bisa berpartisipasi dalam politik dengan ikut menyampaikan aspirasinya terhadap situasi perkembangan negara lewat saluran-saluran yang ada. Maka, dia tidak takut untuk menyuarakan kebenaran. Prinsipnya, katakanlah yang benar meski itu pahit.

Koleganya sewakdu di DPR, Fahri Hamzah pun memberikan kesaksian atas keberanian Lily. Fahri menceritakan rekam jejak almarhum sewaktu sama-sama mendukung hak angket Skandal Bank Century.

“Sebagai sesama anggota dewan pada periode itu saya menyaksikan keaktifan ibu Lily yg luar biasa dlm menggunakan hak2 konstitusionalnya, menjalankan tugas pengawasan. Kami sama2 mendukung hak angket kasus Bank Century, angket perpajakan dan menolak kenaikan BBM,” cuit Fahri.