Kesalahan anak bukan menjadi alasan guru menghukum. Disiplin adalah serangkaian tindakan yang ditentukan oleh sekolah untuk memperbaiki tindakan dan perilaku siswa yang dianggap tidak pantas.
BARISAN.CO – Saya pernah mendapat cerita dari anak saya saat duduk bangku SMA. Dirinya dan beberapa temannya – ada yang beda kelas juga, tidak boleh masuk ke sekolah oleh guru piket, gerbang sudah terkunci. Karena mereka datang terlambat ke sekolah.
Menunggu lama di depan gerbang sekolah, hingga akhirnya guru BP memberi putusan; sebagian boleh masuk dengan menulis surat perjanjian, dan sebagian yang sudah pernah menulis surat perjanjian sebelumnya tidak diizinkan masuk. Tidak juga diminta penjelasan sebab keterlambatan.
Mereka diminta pulang dan datang bersama orangtuanya jika ingin diizinkan masuk. Singkat cerita, esoknya para orangtua anak yang tidak boleh masuk kemarin datang mendampingi anak mereka untuk menemui guru BP dan wali kelasnya.
Anak yang tidak bisa masuk hari itu mungkin merasa bersalah, atau mungkin juga merasa senang, karena mempunyai “alasan” untuk meninggalkan sekolah tanpa solusi yang jelas harus bagaimana. Orangtua akan sulit untuk menerima itu dan merasa berat harus menemani anak menghadap guru BP dalam hari yang sama secara mendadak.
Tujuan menerapkan disiplin dan aturan
Disiplin adalah serangkaian tindakan yang ditentukan oleh sekolah untuk memperbaiki tindakan dan perilaku siswa yang dianggap tidak pantas. Kadang-kadang terminologi disiplin dan manajemen kelas perlu penjelasan lebih jauh untuk membedakan antara keduanya agar tidak membingungkan.
Disiplin bisa dikatakan sebagai bagian atau satu dimensi dari manajemen kelas. Manajemen kelas merupakan istilah yang lebih umum.
Disiplin biasanya dianggap memiliki pengaruh positif baik pada individu maupun lingkungan kelas. Memanfaatkan tindakan disiplin dapat menjadi kesempatan bagi kelas untuk merefleksikan dan belajar tentang konsekuensi, menanamkan nilai-nilai kolektif, dan mendorong perilaku yang dapat diterima kelas.
Teori tentang disiplin
Berbagai teori tentang disiplin sekolah cukup banyak dituliskan oleh para ahli. Saya cenderung menganggap praktik disiplin sekolah sering diidentikkan kepada upaya penanganan masalah siswa bermasalah melalui perangkat aturan dan hukuman.
Seperti kisah anak-anak yang terlambat datang ke sekolah, disiplin diberlakukan dalam bentuk hukuman atas pelanggaran aturan, yang kebanyakan sekolah di masyarakat kita ini menerapkan praktik disiplin secara kuratif, bukan preventif.
Praktik disiplin sekolah umumnya diinformasikan oleh teori dari psikolog dan pendidik. Ada sejumlah teori untuk membentuk strategi disiplin yang komprehensif untuk seluruh sekolah atau kelas, di antaranya;
- Pendekatan positif didasarkan pada penghargaan dan perhatian guru terhadap siswa. Menanamkan rasa tanggung jawab pada siswa dengan menggunakan pendekatan komunikasi yang positif.
- Pelatihan efektivitas guru membedakan antara masalah yang dimiliki guru dan milik siswa, dan mengusulkan strategi yang berbeda untuk menangani masing-masing masalah. Siswa diajarkan teknik pemecahan masalah dan negosiasi.
- Pendekatan Adlerian adalah istilah umum untuk berbagai metode yang menekankan pemahaman alasan individu untuk perilaku maladaptif dan membantu siswa berperilaku buruk untuk mengubah perilaku mereka, sementara pada saat yang sama menemukan cara untuk memenuhi kebutuhan mereka.
- Teori pembelajaran sekolah dan filsafat pendidikan yang tepat adalah strategi untuk mencegah kekerasan dan mempromosikan ketertiban dan disiplin di sekolah.
- Keterlibatan dan stimulasi – siswa ingin tahu dan terus-menerus mencari makna dan stimulasi di lingkungan sekolah. Siswa perlu merasa memiliki peran dalam mengaktualisasi pikirannya, maka mereka perlu dilibatkan. Kelas yang terlalu satu dimensi, yang gagal untuk melibatkan siswa secara memadai, terlalu menantang atau sangat banyak informasi (meninggalkan sedikit ruang untuk diskusi dan pertimbangan), tidak akan memuaskan keingintahuan siswa atau kebutuhan akan stimulasi intelektual dan perilaku.
Aturan dibuat untuk melatih anak memecahkan masalah
Jadi, dalam cerita anak yang terlambat, para guru selayaknya memperlakukan siswa belajar mengatasi masalah tentang perilaku dan kemampuan mengikuti aturan, di manapun mereka berada. Terlambat menuntut anak belajar manajemen waktu yang baik, mengatur diri sendiri untuk berbagai kemaslahatan dalam kehidupannya.
Dalam disiplin positif aturan tidak melulu berkonsekwensi hukuman. Anak lebih mudah untuk bertanggung jawab atas kesalahan ketika itu dilihat sebagai kesempatan belajar daripada sesuatu yang memalukan. Guru bisa meminimalisir tindakan ‘misbehavior’ lainnya karena anak tidak mampu mengatasi masalahnya dan belajar dari kesalahannya.
Guru tidak menjadikan setiap kekeliruan atau kesalahan divonis buruk tanpa ada kesempatan untuk memberikan penjelasan lewat dialog.
Kebiasaan berdialog akan memfasilitasi anak belajar mengevaluasi diri dan mencari solusi. Komunikasi membangun kemampuan dan sikap bertanggungjawab.
Jika anak-anak menerima segala kesalahan sebagai hal yang buruk, mereka cenderung merasa tidak mampu dan putus asa, dan mungkin menjadi defensif, mengelak, menghakimi, atau depresi serta menyalahkan diri sendiri.