Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Jangan Tolong Menolong dalam Dosa dan Pelanggaran

Redaksi
×

Jangan Tolong Menolong dalam Dosa dan Pelanggaran

Sebarkan artikel ini

Namun bila keduanya disebut bersamaan, maka masing-masing memiliki pengertian yang berbeda dengan yang lainnya.

Al-itsmu (dosa) terkait dengan perbuatan-perbuatan yang memang hukumnya haram. Misalnya, berdusta, zina, mencuri, minum khamer dan lainnya.

Contoh-contoh di atas merupakan perbuatan yang pada asalnya haram. Sehubungan dengan al-‘udwan, kata ini lebih mengarah pada suatu pengharaman yang disebabkan oleh tindakan melampaui batas. Bila tidak terjadi tindakan melampaui batas, maka diperbolehkan (halal).

Tindakan melampaui batas terbagi dua, pertama, terhadap Allah Swt, seperti melampaui batas ketentuan Allah Swt dalam pernikahan seperti: memiliki lima istri, atau menyetubuhi istri dalam masa haidh, nifas, waktu ihram atau puasa wajib.

Kedua, tindakan melampaui batas terhadap sesama. Misalnya, bertindak kelewat batas terhadap orang yang berhutang, dengan menciderai kehormatan, fisik atau mengambil lebih dari seharusnya.

Urgensi Ayat Jangan Tolong Menolong dalam Dosa

Dalam ayat ini Allah Swt memerintahkan hamba-Nya yang beriman untuk saling membantu dalam perbuatan baik dan itulah yang disebut dengan albirr dan meninggalkan kemungkaran yang merupakan ketakwaan.

Dan Dia Azza wa Jalla melarang mereka saling mendukung kebatilan dan bekerjasama dalam perbuatan dosa dan hal haram.

Ibnul Qayyim menilai ayat di atas memiliki urgensi tersendiri. Beliau menyatakan: Ayat yang mulia ini mencakup semua jenis untuk kemaslahatan para hamba, di dunia maupun akhirat, baik antara mereka dengan sesama, atau dengan Rabbnya.

Sebab seseorang tidak luput dari dua kewajiban; kewajiban individualnya terhadap Allah Swt dan kewajiban sosialnya terhadap sesamanya. Selanjutnya, beliau memaparkan bahwa hubungan seseorang dengan sesama dapat terlukis pada jalinan pergaulan, saling menolong dan persahabatan.

Hubungan itu wajib terjalin dalam rangka mengharap ridha Allah Swt dan menjalankan ketaatan kepada-Nya.

Itulah puncak kebahagiaan seorang hamba. Tidak ada kebahagiaan kecuali dengan mewujudkan hal tersebut, dan itulah kebaikan dan ketakwaan yang merupakan inti dari agama ini.

Al-Mawardi rahimahullah berkata: Allah Swt mengajak untuk tolong-menolong dalam kebaikan dengan beriringan dengan ketakwaan kepada-Nya.

Sebab dalam ketakwaan, terkandung ridha Allah Swt. Sementara saat berbuat baik, orang-orang akan menyukai (meridhai).

Barang siapa memadukan antara ridha Allah Swt dan ridha manusia, sungguh kebahagiaannya telah sempurna dan kenikmatan baginya sudah melimpah.

Sebagai contoh sikap saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: