Scroll untuk baca artikel
Terkini

Konsep Sumur Resapan Sudah Bagus, Namun Ahli Hidrologi Kritisi Persoalan Ini

Redaksi
×

Konsep Sumur Resapan Sudah Bagus, Namun Ahli Hidrologi Kritisi Persoalan Ini

Sebarkan artikel ini

Dari sisi konsep, Anies sudah benar karena memang sistem terbaik itu yang diciptakan oleh alam.

BARISAN.CO – Akhir tahun lalu, Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, Yusmada Faiza menyampaikan, sumur resapan atau drainase vertikal di Jakarta telah dibangun sebanyak 16.035 buah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan sebanyak 1.150.242 sumur resapan tipe dangkal dengan kapasitas menampung 11.502.402 meter kubik, yang diperkirakan akan terealisasi dalam beberapa tahun ke depan.

Sumur resapan ini mulai muncul sejak era Gubernur Sutiyoso hingga dilanjutkan oleh Joko Widodo. Kala, Anies Baswedan menjadi Gubernur DKI Jakarta, proyek itu dilanjutkan.

Pada 2018 silam, Anies mengatakan, salah satu cara memasukkan mengatasi banjir Jakarta dengan memasukkan air hujan kembali ke tanah. Caranya? Dengan terlebih dahulu ditampung ke dalam sumur resapan.

Ahli hidrologi, Yanto Ph.D., mengapresiasi program Anies selama menjabat lima tahun di Jakarta. Menurutnya, mantan rektor Universitas Paramadina itu sudah bagus dengan memasang sumur resapan. Namun, ada beberapa hal yang menjadi perhatian Yanto.

“Aku lihat ada beberapa hal yang secara teknis perlu dievaluasi, misalnya soal lokasi sumur resapannya. Seharusnya, dipasang di bawah saluran drainase karena kalau jalan itu ada aliran horizontal, jadi jalan itu ga boleh rata harus ada kemiringan, sehingga air itu kalau turun dia lari ke tepi,” kata Yanto pada Jumat (13/1/2023).

Yanto menambahkan, seharusnya, sumur resapan dibuat di tepinya.

Dia membeberkan, Jakarta memiliki banyak sekali ruang yang bisa digunakan untuk memasukkan air ke dalam tanah, saluran drainase.

“Itu pun panjangnya berapa km untuk saluran drainasenya saja. Kita ga ngomong di daerah yang utara karena sumur resapan memang cocoknya di daerah pusat ke selatan yang muka air tanahnya cukup dalam sekitar 12 meteran, sehingga dengan kondisi itu pasti muka air di bawah selokan juga pasti dalam juga,” jelasnya.

Dia menuturkan, pernah memberikan usulan kepada Anies.

“Dulu aku usulinnya bukan sumur resapan, tapi pipa resapan. Jadi, sepanjang saluran itu dikasih pipa PVC paralon ukuran 4 inch, dipasang dikasih pori-pori berlubang, dimasukin, kemudian di atas dikasih leher untuk aliran, sehingga tidak nutup,” lanjutnya.

Dengan begitu, sebelum ke selokan, air hujan akan masuk dulu ke tanah. Beberapa waktu lalu, sempat viral, berita truk mixer terperosok di sumur resapan yang berada di wilayah Jakarta Pusat.

Dalam hal itu, Yanto berpendapat, itu bisa jadi persoalan teknis karena sebetulnya tutupnya itu bisa didesain dengan kemampuan menahan beton yang besar.

“Kan tinggal desain tutup betonnya, tulangannya ukuran berapa macam. Kalau itu sih menurutku ada semacam kekurangan soal teknisnya, tapi secara prinsip sudah betul,” tambahnya.

Sementara itu, dia menjelaskan, dari sisi konsep, Anies sudah benar karena memang sistem terbaik itu yang diciptakan oleh alam.

Dengan berbagai isu di Jakarta, seperti penurunan muka tanah dan banjir, Yanto menilai, memasukkan air ke dalam tanah secara konsep sudah benar.

“Jadi, air jangan langsung dibuang ke laut, secara ilmu alamnya sudah betul karena alam sudah tidak pernah membuang airnya secara langsung ke laut. Memang yang terjadi kalau ada air hujan dia meresap dulu ke tanah, baru kalau tanahnya ga mampu, dia mengalir ke permukaan,” ujarnya.

Membeton jalan, menurutnya, tidak mengacu pada sistem alam, namun itu ditujukan untuk kenyamanan masyarakat.

“Tetapi, konnsekuensinya kita harus mengembalikan ke fungsi alamnya, yaitu memasukkkan air ke dalam tanah dulu. Konsepnya betul, tapi di lapangan bisa beda,” urainya.

Dia melanjutkan, hal itu pun berlaku bagi sumur resapan.