Kesehatan

Larangan Makan Sambil Bersandar Menurut Hadits dan Kesehatan, Simak Penjelasan Lengkapnya

Alfin Hidayat
×

Larangan Makan Sambil Bersandar Menurut Hadits dan Kesehatan, Simak Penjelasan Lengkapnya

Sebarkan artikel ini
Makan Sambil Bersandar
Ilustrasi foto: Pexels.com/Vivaan Rupani

BARISAN.CO – Larangan makan sambil bersandar memiliki makna mendalam dalam ajaran Islam, yang mencerminkan nilai-nilai kesederhanaan, rasa syukur, dan ketaatan terhadap norma-norma sosial.

Dalam Islam, makan bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga merupakan momen untuk mengingat dan bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya.

Larangan makan sambil bersandar diambil sebagai bentuk penghormatan terhadap rezeki yang diberikan oleh Allah, serta sebagai tanda ketaatan terhadap perintah agama.

Dalam konteks sosial, larangan makan sambil bersandar juga mencerminkan etika makan yang baik. Islam mengajarkan pentingnya menjaga tata krama dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan tidak makan sambil bersandar, individu diingatkan untuk selalu menjaga sikap rendah hati dan bersyukur atas apa yang diberikan oleh Allah.

Selain itu, sikap tersebut juga menciptakan lingkungan makan yang lebih teratur dan bersih, mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan keadaban dalam masyarakat.

Penting untuk dipahami bahwa larangan makan sambil bersandar bukan sekadar aturan ritualistik, tetapi memiliki tujuan yang lebih dalam dalam membentuk karakter dan perilaku umat Muslim.

Melalui larangan ini, Islam mengajarkan pentingnya kesadaran spiritual dalam setiap tindakan sehari-hari, bahkan dalam hal sekecil makan dan minum.

Dengan mematuhi larangan tersebut, umat Muslim diharapkan dapat membangun sikap rendah hati, bersyukur, dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Cara makan yang tidak disukai adalah makan sambil bersandar. Cara makan seperti ini termasuk cara makan orang yang lahap sehingga tidak disukai atau dinilai makruh. Jika demikian, maka sudah sepantasnya kita menghindarinya.

Abu Juhaifah mengatakan, bahwa dia berada di dekat Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah berkata kepada seseorang yang berada di dekat beliau,

لا آكل وأنا متكئ

Aku tidak makan dalam keadaan bersandar.” (HR. Bukhari)

Makna makan muttaki-an, Ibnul Katsir berkata:

“Yang dimaksud muttaki-an adalah miring ketika duduk bersandar pada salah satu sisi.”. Disebutkan oleh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari (9: 451),

“Tentang makna ittika’ diperselisihkan maknanya oleh para ulama. Ada yang mengatakan, pokoknya bersandar ketika makan dalam bentuk apa pun. Ada yang menjelaskan, yang dimaksud adalah condong pada salah satu sisi. Ada pula yang mengartikan dengan bersandar dengan tangan kiri yang diletakkan di lantai”.

Dari kata Imam Malik-yang disimpulkan oleh Ibnu Hajar-ada sinyal bahwa beliau memaksudkan duduk ittika ‘ untuk segala macam bentuk bersandar, tidak khusus pada cara duduk tertentu.

Makan bersandar pada tangan kiri

Disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (9: 451) bahwa ada hadits yang melarang bersandar dengan tangan kiri ketika makan. Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu ‘Adi dengan artinya,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang bersandar pada tangan kiri ketika makan. “Sayangnya, sanad hadits ini dho’if sebagaimana kata Ibnu Hajar. Namun posisi makan seperti ini sebaiknya dihindari karena masih termasuk ittika ‘(bersandar) sebagaimana kata Imam Malik.