Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Kolom Kontemplasi

Jangan Menjadi Kelompok Imma’ah, Berikut Arti dan Penjelasannya

:: Lukni Maulana
8 Februari 2023
dalam Kontemplasi
arti imma'ah

Ilustrasi/Barisan.co

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

Imma’ah adalah kelompok yang suka ikut-ikutan. Agar tidak menjadi kelompok imma’ah hendaknya seseorang memiliki prinsip hidup dan berilmu.

BARISAN.CO -Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar memberikan pesan agar jangan menjadi kelompok-kelompok Imma’ah. Hal ini disampaikan KH Miftachul Akhyar dalam acara puncak Resepsi 1 Abad NU di Stadion Delta Sidoharjo, Jawa Timur, Selasa (7/2/2023).

KH Miftachul Akhyar lalu membacakan hadits dan menutupnya dengan mengatakan, “Dawuh Rasulullah Saw, yang juga disampaikan para sesepuh-sesepuh dan muasis kita.” Adapun pesan beliau yakni:

 “Jangankalah kalian menjadi kelompok-kelompok imma’ah. Sahabat matur, apa itu imma’ah ya Rasulullah?

Rasul menyatakan imma’ah adalah orang-orang yang dia akan selalu mengatakan manakala orang lain melakukan kebaikan, saya tidak ketinggalam melakukan kebaikan. Tapi manakala orang lain melakukan kejahatan/kejelakan saya pun tidak ketinggalan ikut-ikutan melakukan kejahatan dan kejelekan.

BACAJUGA

setiap penyakit ada obatnya

Setiap Penyakit Ada Obatnya, Kecuali Satu Menurut Hadits

18 Januari 2023
7 Golongan yang Dilindungi Allah Pada Hari Kiamat

7 Golongan yang Dilindungi Allah Pada Hari Kiamat

8 Februari 2022

Tapi tunjukkan, tegaskan prinsip kepribadianmu, mentalitasmu, semangatmu manakala ada orang lain melakukan kebaikan kamu jangan ketinggalan juga melakukan kebaikan (fastabiqul khairat)

manakala orang lain melakukan kejahatan, kamu harus melakukan kebaikan.”

“Itulah dawuh Rasulullah Saw, yang juga disampaikan para sesepuh-sesepuh dan muasis kita,” ucap KH Miftachul Akhyar.

Berikut ini hadits tentang imma’ah:

حَدَّثَنَا أَبُو هِشَامٍ الرِّفَاعِيُّ مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيْدَ , قَالَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ , عَنِ الْوَلِيْدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ جُمَيْعٍ , عَنْ أَبِيْ الطُّفَيْلِ , عَنْ حُذَيْفَةَ , قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “لَا تَكُوْنُوْا إِمَّعَةٌ : تُقُوْلُوْنَ : إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ , أَحْسَنَّا , وَإِنْ ظَلَمُوْا , ظَلَمْنَا . وَلَكِنْ وَطِّنُوْا أَنْفُسَكُمْ : إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ , أَنْ تُحْسِنُوْا , وَإِنْ أَسَاءُوْا , فَلَا تَظْلِمُوْا “. (رواه الترمذي)

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abu Hisyam al-Rifa’i Muhammad bin Yazid, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhail dari al-Walid bin Abdullah bin Jumai’i dari Abu Thufail dari Huzaifah, dia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Janganlah salah satu di antara kalian menjadi imma’ah, yang jika orang lain baik maka engkau baik dan jika mereka buruk maka engkau ikut buruk pula. Akan tetapi hendaklah engkau tegas pada prinsip keputusan dirimu. Jika orang-orang baik, maka engkau juga baik dan jika mereka buruk, hendaklah engkau menjauhi keburukan mereka.” (HR. Tirmidzi).

Hadits riwat Tirmidzi di atas mengisyarakatkan kepada kita untuk tidak imma’ah yakni kelompok yang suka ikut-ikutan. Agar tidak menjadi kelompok imma’ah hendaknya seseorang memiliki prinsip hidup dan berilmu.

Salah satu tanda seseorang memiliki prinsip dan berilmu yakni agar umat Nabi Muhammad Saw memfungsikan akal pikiran yang dapat membedakan antara baik dan buruk, serta benar dan salah. Hal ini tersirat firman Allah Swt dalam surah Al-Hujurat ayat:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jika orang fasik datang kepada kalian dengan membawa suatu berita, maka teliti dan periksalah terlebih dahulu kebenaran berita itu. Hal itu supaya kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa kalian mengetahui keadaan mereka, sehingga apa yang telah kalian lakukan terhadap mereka setelah nyata bahwa mereka tidak melakukannya menjadikan kalian selalu menyesal atas kejadian itu, dan berharap kejadian itu tidak kalian lakukan.” (QS. Al-Hujurat: 6)

Ayat di atas makin menegaskan bahwa pentingnya tidak untuk langusung menerima atau ikut-ikutan, akan tetapi mengetahui kebenaran tersebut salah satunya dengan menfungsikan akal. Pentingnya mengetahui kebenaran akal, sebab pemahaman seseorang mendapatkan informasi ini akan mudah terserap ke dalam perilakunya.

Terlebih lagi era saat ini, perkembangan teknologi informasi berupa media sosial seperti Facebook, Whatshaap, Twitter, Instagram maupun TikTok beragam informasi berseliwereran. Sehingga akal ini mudah menerima, terlebih lagi ketika emosi tidak sedang stabil. Berita hoax bisa dianggap kebenaran, informasi buruk bisa menjadi baik.

Inilah pentingnya untuk memiliki prinsip yakni dengan tidak menjadi kelompok imma’ah. Bukan sekadar menjadi kelompok atau orang yang hanya menerima tanpa melibatkan peran akal dan pikiran.

Videp pilihan:

Topik: HaditsImma'ahKH Miftachul Akhyar
Lukni Maulana

Lukni Maulana

Hidup adalah permainan, maka bermainlah

POS LAINNYA

putra nabi muhammad
Kontemplasi

Putra-Putri

27 Maret 2023
Muhammad Berumah Tangga
Kontemplasi

Resmi Berumah Tangga

26 Maret 2023
Nafisah binti Munyah
Kontemplasi

Nafisah Makcomblang

25 Maret 2023
khadijah
Kontemplasi

Dengan Khadijah

24 Maret 2023
karakter muhammad
Kontemplasi

Karakter Muhammad

23 Maret 2023
sufi kaya
Kontemplasi

Pendiri Tarekat Syadziliyah, Syekh Asy-Syadzili Sosok Sufi Kaya dan Hidup Mewah

13 Maret 2023
Lainnya
Selanjutnya
Jelang Lebaran Butuh Cash Lebih, Waspadai Kejahatan Skimming ATM

Kisah ATM dan Eksistensinya di Era Non Tunai

Fakultas Dakwah Institut PTIQ Genjot Etos Kewirausahaan Mahasiswa

Fakultas Dakwah Institut PTIQ Genjot Etos Kewirausahaan Mahasiswa

TRANSLATE

TERBARU

Sejarah Asal Usul Penggunaan Mukena dalam Sholat, Bolehkah Berwarna-Warni?
Sosial & Budaya

Sejarah Asal Usul Penggunaan Mukena dalam Sholat, Bolehkah Berwarna-Warni?

:: Thomi Rifai
27 Maret 2023

BARISAN.CO - Mukena merupakan salah satu busana yang sudah lama dipakai oleh kaum hawa, terutama para muslim wanita di Indonesia...

Selengkapnya
putra nabi muhammad

Putra-Putri

27 Maret 2023
Melemahnya Gerakan Sipil

Mengulik Melemahnya Gerakan Sipil dan “Student Movement”

27 Maret 2023
Kisah Umar bin Khattab Membantak Malaikat Munkar Nakir

Kisah Umar bin Khattab Membentak Malaikat Munkar Nakir di Alam Kubur

27 Maret 2023
Mengenal Asal Muasal Sarung, Kain Serbaguna yang Menjadi Identitas Bangsa

Mengenal Asal Muasal Sarung, Kain Serbaguna yang Menjadi Identitas Bangsa

26 Maret 2023
Lainnya

SOROTAN

Melemahnya Gerakan Sipil
Opini

Mengulik Melemahnya Gerakan Sipil dan “Student Movement”

:: Pril Huseno
27 Maret 2023

Melemahnya Gerakan Sipil

Selengkapnya
Puasa, Zakat dan Transformasi Sosial

Puasa, Zakat dan Transformasi Sosial

25 Maret 2023
pelarangan thrifting

Drama Pelarangan “Thrifting” Import

25 Maret 2023
Timnas Israel Bertanding di Indonesia, Jokowi Gagal Jadi ‘Little Sukarno’

Timnas Israel Bertanding di Indonesia, Jokowi Gagal Jadi ‘Little Sukarno’

24 Maret 2023
Larangan ASN Buka Puasa Bersama

Larangan ASN Buka Puasa Bersama Tidak Konsisten dengan Narasi Pemulihan Ekonomi

24 Maret 2023
Memangkas Reproduksi Kekerasan di Kampus Islam

Memangkas Reproduksi Kekerasan di Kampus Islam

22 Maret 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang