Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Wasiat Ibnu Arabi: Pentingnya Persatuan

×

Wasiat Ibnu Arabi: Pentingnya Persatuan

Sebarkan artikel ini
pentingnya persatuan
iIlustrasi/Barisan.co

Wasiat ini menekankan pentingnya persatuan dalam menegakkan agama, dengan menegaskan bahwa kekuatan terletak pada kebersamaan dan bahwa Allah selalu bersama jamaah.

BARISAN.CO – Wasiat kedua Ibnu Arabi dalam kitab Al-Washaya li Ibn al-Arabi menasehatkan tentang pentingnya persatuan. Sebab menurut Ibnu Arabi persatuan adalah kekuatan.

Allah Swt berfirman dalam Surah Asy-Syura ayat 13:

شَرَعَ لَكُمْ مِّنَ الدِّيْنِ مَا وَصّٰى بِهٖ نُوْحًا وَّالَّذِيْٓ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهٖٓ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسٰٓى اَنْ اَقِيْمُوا الدِّيْنَ وَلَا تَتَفَرَّقُوْا فِيْهِۗ

Artinya: “Dia (Allah) telah mensyariatkan bagi kamu agama yang Dia wasiatkan (juga) kepada Nuh, yang telah Kami wahyukan kepadamu (Nabi Muhammad), dan yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu: tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya.” (QS. Asy-Syura: 13).

Ibnu Arabi berwasiat tentang pentingnya persatuan (jamaah), bahwasanya persatuan adalah kekuatan, mengajurkan supaya wasiat ini dituruti, karena merupakan perintah yang baik untuk mendirikan agama pada setiap Waktu dan zaman, dan menyuruh manusia untuk Bersatu dalam ikatan agama dan jangan bercerai-berai.

Ibnu Arabi mengatakan, Maka, Allah memerintahkan untuk menegakkan agama-Nya – yang merupakan syariat pada setiap waktu dan bagi setiap umat, dan agar kita bersatu dalam hal itu dan tidak berpecah-belah, karena Allah berada di atas jamaah.

Ibarat, “serigala hanya akan memakan kambing yang terpisah,” yaitu yang jauh dan menyendiri dari jamaahnya.

Hikmahnya yakni bahwa Allah tidak dapat dipahami sebagai Tuhan kecuali melalui nama-nama-Nya yang indah, bukan dari hakikat-Nya yang tanpa nama-nama tersebut.

Oleh karena itu, harus ada kesatuan dalam diri-Nya dan banyaknya nama-nama-Nya, dan dengan gabungan keduanya, Dia adalah Tuhan. Maka, tangan Allah, yaitu kekuatan, ada bersama jamaah atau persatuan.

Seorang bijak menasihati anak-anaknya ketika menjelang wafatnya dan mereka adalah sekelompok anak.

Ia berkata kepada mereka: “Bawakan aku beberapa tongkat.”

Lalu ia mengumpulkannya dan berkata kepada mereka: “Patahkanlah tongkat-tongkat ini,”

Sementara mereka masih dalam keadaan terikat, mereka tidak dapat melakukannya.